Minggu, 28 Oktober 2012

TEORI DRAMATURGI: ERVING GOFFMAN


TEORI DRAMATURGI: ERVING GOFFMAN

Erving Goffman, lahir di Alberta, Canada pada 11 Juni 1922. Mendapat gelar S1 dari Univ. Toronto menerima gelar doctor dari Univ. Chicago. Beliau wafat pada tahun 1982 ketika sedang mengalami kejayaan sebagai tokoh sosiologi dan pernah menjadi professor dijurusan sosiologi Univ. Calivornia Barkeley serta ketua liga Ivy Univ. Pennsylvania. Erving Goffman, dianggap sebagai pemikir utama terakhir Chicago asli (Travers, 1922: Tselon, 1992); Fine dan Manning (2000) memandangnya sebagai sosiolog Amerika paling berpengaruh di abad 20. Antara 1950-an dan 1970-an Goofman menerbitkan sederetan buku dan esai yang melahirkan analisis dragmatis sebagai cabang interaksionisme simbolik. Walau Goffman mengalihkan perhatiannya di tahun-tahun berikutnya, ia tetap paling terkenal karena teoridramtugisnya.
Pernyataan paling terkenal Goffman tentang teori dramaturgis berupa buku Presentation of Self in Everyday Life, diterbitkan tahun 1959. Secara ringkas dramaturgis merupakan pandangan tentang kehidupan sosial sebagai serentetan pertunjukan drama dalam sebuah pentas. Istilah Dramaturgi kental dengan pengaruh drama atau teater atau pertunjukan fiksi diatas panggung dimana seorang aktor memainkan karakter manusia-manusia yang lain sehingga penonton dapat memperoleh gambaran kehidupan dari tokoh tersebut dan mampu mengikuti alur cerita dari drama yang disajikan.
Dalam Dramaturgi terdiri dari Front stage (panggung depan) dan Back Stage (panggung belakang). Front Stage yaitu bagian pertunjukan yang berfungsi mendefinisikan situasi penyaksi pertunjukan. Front stage dibagi menjadi 2 bagian, Setting yaitu pemandangan fisik yang harus ada jika sang actor memainkan perannya. Dan Front Personal yaitu berbagai macam perlengkapan sebagai pembahasa perasaan dari sang actor. Front personal masih terbagi menjadi dua bagian, yaitu Penampilan yang terdiri dari berbagai jenis barang yang mengenalkan status social actor. Dan Gaya yang berarti mengenalkan peran macam apa yang dimainkan actor dalam situasi tertentu. Back stage (panggung belakang) yaitu ruang dimana disitulah berjalan scenario pertunjukan oleh “tim” (masyarakat rahasia yang mengatur pementasan masing-masing actor)
Goffman mendalami dramaturgi dari segi sosiologi. Beliau menggali segala macam perilaku interaksi yang kita lakukan dalam pertunjukan kehidupan kita sehari-hari yang menampilkan diri kita sendiri dalam cara yang sama dengan cara seorang aktor menampilkan karakter orang lain dalam sebuah pertunjukan drama. Cara yang sama ini berarti mengacu kepada kesamaan yang berarti ada pertunjukan yang ditampilkan. Goffman mengacu pada pertunjukan sosiologi. Pertunjukan yang terjadi di masyarakat untuk memberi kesan yang baik untuk mencapai tujuan. Tujuan dari presentasi dari Diri – Goffman ini adalah penerimaan penonton akan manipulasi. Bila seorang aktor berhasil, maka penonton akan melihat aktor sesuai sudut yang memang ingin diperlihatkan oleh aktor tersebut. Aktor akan semakin mudah untuk membawa penonton untuk mencapai tujuan dari pertunjukan tersebut. Ini dapat dikatakan sebagai bentuk lain dari komunikasi. Karena komunikasi sebenarnya adalah alat untuk mencapai tujuan. Bila dalam komunikasi konvensional manusia berbicara tentang bagaimana memaksimalkan indera verbal dan non-verbal untuk mencapai tujuan akhir komunikasi, agar orang lain mengikuti kemauan kita. Maka dalam dramaturgis, yang diperhitungkan adalah konsep menyeluruh bagaimana kita menghayati peran sehingga dapat memberikan feedback sesuai yang kita mau. Perlu diingat, dramatugis mempelajari konteks dari perilaku manusia dalam mencapai tujuannya dan bukan untuk mempelajari hasil dari perilakunya tersebut. Dramaturgi memahami bahwa dalam interaksi antar manusia ada “kesepakatan” perilaku yang disetujui yang dapat mengantarkan kepada tujuan akhir dari maksud interaksi sosial tersebut. Bermain peran merupakan salah satu alat yang dapat mengacu kepada tercapainya kesepakatan tersebut.
Dalam teori Dramatugis menjelaskan bahwa identitas manusia adalah tidak stabil dan merupakan setiap identitas tersebut merupakan bagian kejiwaan psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa saja berubah-ubah tergantung dari interaksi dengan orang lain. Disinilah dramaturgis masuk, bagaimana kita menguasai interaksi tersebut. Dalam dramaturgis, interaksi sosial dimaknai sama dengan pertunjukan teater. Manusia adalah aktor yang berusaha untuk menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain melalui “pertunjukan dramanya sendiri”. Dalam mencapai tujuannya tersebut, menurut konsep dramaturgis, manusia akan mengembangkan perilaku-perilaku yang mendukung perannya tersebut. Selayaknya pertunjukan drama, seorang aktor drama kehidupan juga harus mempersiapkan kelengkapan pertunjukan. Kelengkapan ini antara lain memperhitungkan setting, kostum, penggunakan kata (dialog) dan tindakan non verbal lain, hal ini tentunya bertujuan untuk meninggalkan kesan yang baik pada lawan interaksi dan memuluskan jalan mencapai tujuan. Oleh Goffman, tindakan diatas disebut dalam istilah “impression management”. Goffman juga melihat bahwa ada perbedaan akting yang besar saat aktor berada di atas panggung (front stage) dan di belakang panggung (back stage) drama kehidupan. Kondisi akting di front stage adalah adanya penonton (yang melihat kita) dan kita sedang berada dalam bagian pertunjukan. Saat itu kita berusaha untuk memainkan peran kita sebaik-baiknya agar penonton memahami tujuan dari perilaku kita. Perilaku kita dibatasi oleh oleh konsep-konsep drama yang bertujuan untuk membuat drama yang berhasil (lihat unsur-unsur tersebut pada impression management diatas). Sedangkan back stage adalah keadaan dimana kita berada di belakang panggung, dengan kondisi bahwa tidak ada penonton. Sehingga kita dapat berperilaku bebas tanpa mempedulikan plot perilaku bagaimana yang harus kita bawakan. Contohnya, seorang teller senantiasa berpakaian rapi menyambut nasabah dengan ramah, santun, bersikap formil dan perkataan yang diatur. Tetapi, saat istirahat siang, sang teller bisa bersikap lebih santai, bersenda gurau dengan bahasa gaul dengan temannya atau bersikap tidak formil lainnya (ngerumpi, dsb). Saat teller menyambut nasabah, merupakan saat front stage baginya (saat pertunjukan). Tanggung jawabnya adalah menyambut nasabah dan memberikan pelayanan kepada nasabah tersebut. Oleh karenanya, perilaku sang teller juga adalah perilaku yang sudah digariskan skenarionya oleh pihak manajemen. Saat istirahat makan siang, teller bebas untuk mempersiapkan dirinya menuju babak ke dua dari pertunjukan tersebut. Karenanya, skenario yang disiapkan oleh manajemen adalah bagaimana sang teller tersebut dapat refresh untuk menjalankan perannya di babak selanjutnya.
Sebelum berinteraksi dengan orang lain, seseorang pasti akan mempersiapkan perannya dulu, atau kesan yang ingin ditangkap oleh orang lain. Kondisi ini sama dengan apa yang dunia teater katakan sebagai “breaking character”. Dengan konsep dramaturgis dan permainan peran yang dilakukan oleh manusia, terciptalah suasana-suasana dan kondisi interaksi yang kemudian memberikan makna tersendiri. Munculnya pemaknaan ini sangat tergantung pada latar belakang sosial masyarakat itu sendiri. Terbentuklah kemudian masyarakat yang mampu beradaptasi dengan berbagai suasana dan corak kehidupan. Masyarakat yang tinggal dalam komunitas heterogen perkotaan, menciptakan panggung-panggung sendiri yang membuatnya bisa tampil sebagai komunitas yang bisa bertahan hidup dengan keheterogenannya. Begitu juga dengan masyarakat homogen pedesaan, menciptakan panggung-panggung sendiri melalui interaksinya, yang terkadang justru membentuk proteksi sendiri dengan komunitas lainnya. Apa yang dilakukan masyarakat melalui konsep permainan peran adalah realitas yang terjadi secara alamiah dan berkembang sesuai perubahan yang berlangsung dalam diri mereka. Permainan peran ini akan berubah-rubah sesuai kondisi dan waktu berlangsungnya. Banyak pula faktor yang berpengaruh dalam permainan peran ini, terutama aspek sosial psikologis yang melingkupinya.
Dramarturgi hanya dapat berlaku di institusi total. Institusi total maksudnya adalah institusi yang memiliki karakter dihambakan oleh sebagian kehidupan atau keseluruhan kehidupan dari individual yang terkait dengan institusi tersebut, dimana individu ini berlaku sebagai sub-ordinat yang mana sangat tergantung kepada organisasi dan orang yang berwenang atasnya. Ciri-ciri institusi total antara lain dikendalikan oleh kekuasan (hegemoni) dan memiliki hierarki yang jelas. Contohnya, sekolah asrama yang masih menganut paham pengajaran kuno (disiplin tinggi), kamp konsentrasi (barak militer), institusi pendidikan, penjara, pusat rehabilitasi (termasuk didalamnya rumah sakit jiwa, biara, institusi pemerintah, dan lainnya. Dramaturgi dianggap dapat berperan baik pada instansi-instansi yang menuntut pengabdian tinggi dan tidak menghendaki adanya “pemberontakan”. Karena di dalam institusi-institusi ini peran-peran sosial akan lebih mudah untuk diidentifikasi. Orang akan lebih memahami skenario semacam apa yang ingin dimainkan. Bahkan beberapa ahli percaya bahwa teori ini harus dibuktikan dahulu sebelum diaplikasikan.
Teori ini juga dianggap tidak mendukung pemahaman bahwa dalam tujuan sosiologi ada satu kata yang seharusnya diperhitungkan, yakni kekuatan “kemasyarakatan”. Bahwa tuntutan peran individual menimbulkan clash bila berhadapan dengan peran kemasyarakatan. Ini yang sebaiknya dapat disinkronkan.
Dramaturgi dianggap terlalu condong kepada positifisme. Penganut paham ini menyatakan adanya kesamaan antara ilmu sosial dan ilmu alam, yakni aturan. Aturan adalah pakem yang mengatur dunia sehingga tindakan nyeleneh atau tidak dapat dijelaskan secara logis merupakan hal yang tidak patut.



CONTOH-CONTOH KASUS
            Contoh kasus daripada teori dramaturgi terdapat pada berbagai peran manusia, seperti seorang presiden, pengemis, selebriti, guru dan dosen, dan lain-lain.
            Seorang presiden, contohnya Susilo Bambang Yudhoyono, berpenampilan rapi dan berwibawa saat sedang melakukan pidato di depan umum dan saat mengunjungi berbagai tempat-tempat formal. Tujuannya adalah untuk menunjukkan suatu sosok seorang pemimpin kepada orang lain atau masyarakat. Namun saat di rumah, ia berpenampilan dan berperilaku seperti orang lain pada umumnya. Di rumah, ia berperan sebagai seorang ayah nagi anak-anaknya dan seorang suami bagi istrinya.
            Contoh lainnya adalah seorang pengemis yang seringkali kita temukan di depan gerbang lama Universitas Padjadjaran yang berpakaian lusuh selalu menampakkan wajah sedihnya ke setiap orang untuk menerima rasa empati berupa materi. Tak peduli kotor, bau, atau berpenampilan kumuh. Mereka melakukan hal seperti itu sebagai aktor panggung depan karena sedang mendefinisikan sesuatu bagi orang lain yang menyaksikan penampilannya. Berbeda dengan panggung belakangnya, para pengemis menjalani kehidupan seperti orang pada umumnya ketika sedang berada dirumahnya.
            Selebriti juga merupakan salah satu contoh kasus yang berkaitan Teori Dramaturgi, misalnya Luna Maya. Beberapa waktu yang lalu, ia terlibat dalam kasus hukum dikarenakan melanggar pasal-pasal yang berhubungan dengan tindakan mesum. Masalah tersebut merupakan masalah yang sangat serius baginya, namun ia berusaha untuk memerankan karakternya sebagai seorang selebriti di berbagai acara dengan penampilan yang tidak memperlihatkan bahwa dirinya sedang mengalami masalah besar. Ia tidak ingin menunjukkan kepada audiens bahwa ia sedang mengalami masalah. Tujuannya tampil di berbagai acara tersebut adalah hanya untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang selebriti yang memiliki peran tersendiri dalam acara yang ia pentasi. Selain Luna Maya, adapun selebriti lainnya yang jelas berkaitan dengan Teori Dramaturgi, di mana orang-orang tersebut memiliki front stage  dan back stage yang berbeda. Contohnya adalah para pelawak, seperti Olga Syahputra, Sule, Ruben Onsu, Ade Namnung, dan lain sebagainya. Di depan panggung Dahsyat dan berbagai acara lainnya, Olga tampak seperti sosok orang yang sangat ceria dan penuh dengan humor. Namun, pada saat diwawancarai di suatu berita selebritis, ia menceritakan betapa prihatinnya hidupnya. Ia mengatakan bahwa ia melakukan ini semua untuk mendapatkan uang, sehingga kebutuhan keluarganya terpenuhi. Untuk mendapatkan uang tersebut, ia harus bisa berperan sesuai dengan karakternya dalam acara tersebut, yaitu seorang pelawak atau entertainer. Ia berusaha menunjukkan pada seluruh audiens yang menonton bahwa dirinya adalah seorang host yang humoris dan bisa membuat para penontonnya terhibur dengan acara yang dipentasinya. Sama halnya dengan pelawak lainnya. Mereka memiliki front stage dan back stage yang sangat berbeda.
            Selain ketiga contoh tersebut, adapun contoh lainnya, yaitu seorang guru dan dosen. Pada saat di kelas, seorang guru dan dosen berperan sebagai pengajar dan pendidik. Mereka memberi berbagai peraturan dan tugas di kelas. Mereka melakukan tugas di kelas sesuai dengan peran mereka sebagai pengajar. Namun di luar perannya tersebut, mereka berperilaku seperti orang lain yang tidak memiliki peran sebagai pengajar.
            Ada sebuah kasus di Ujungberung, Bandung. Wilayah ini merupakan "wadah" dan pusat para musisi dan pecinta musik “Underground”. Disana, terdapat seorang wanita berjilbab yang menjadi vokalis salah satu band “hardcore”. Menariknya adalah wanita tersebut berjilbab dan mempunyai pekerjaan lain, yaitu seorang “Guru TK “. Jika dibayangkan, memang agak sulit seorang guru TK dan berjilbab mengeluarkan suara-suara keras menyeramkan, tetapi hal ini memang terjadi. Sesuatu yang sangat langka, wanita itu bernama Achie. Dia adalah vokalis band metal yang bernama GUGAT yang terdiri dari Achie (vocal), imam (drum), Okid (vokal), Oce (gitar), dan Bayu (bass). Achie merupakan salah satu orang yang sangat langka dan berani menembus nilai-nilai yang berada dalam masyarakat. Dia mempunyai sisi idealisme dan mampu mengimplementasikan sebuah teori sosial yang disebut dengan Teori Dramaturgi.

ANALISA CONTOH-CONTOH KASUS TERSEBUT
            Keempat contoh-contoh  kasus tersebut berkaitan dengan Teori Dramaturgi, karena setiap peran dalam yang disebutkan sebelumnya, yaitu seorang presiden, pengemis, selebriti, dan guru atau dosen memiliki dua macam karakteristik, yaitu karakterisitik secara front stage dan secara back stage. Pada saat di depan panggung atau di depan umum dan audiens, mereka menunjukkan karakteristik yang berbeda dengan pada saat mereka berada di belakang panggung atau di luar tempat di mana mereka menunjukkan karakteristik front stage tersebut.
            Layaknya seorang aktor dan aktris, jika berada di depan panggung (front stage), mereka harus memiliki kemampuan untuk menjadi orang lain atau sebuah karakter yang berbeda. Sedangakan back stage ini merupakan karakter asli dari diri mereka yang tidak bisa mereka sembunyikan.

PEKERJAAN SOSIAL SEBAGAI SUATU PROFESI DAN KARIR


PEKERJAAN SOSIAL SEBAGAI SUATU PROFESI DAN KARIR


SEJARAH SINGKAT PEKERJAAN SOSIAL

    Perantara kesejahteraan sosial pertama dimulai pada awal tahun 1800 dengan usaha untuk memenuhi kebutuhan manusia yang bertempat tinggal di perkotaan. Ilustrasi dari organisasi kesejahteraan sosial pertama adalah Masyarakat untuk Pencegahan Kemiskinan, ditemukan oleh John Griscom pada tahun 1820. Tujuan masyarakat ini adalah untuk menyelidiki kebiasaan dan kehidupan sehari-hari  orang miskin, untuk mengusulkan rencana-rencana agar orang-orang miskin dapat membantu mereka sendiri dan mendorong orang-orang miskin untuk menghemat dan berhemat.
     Pada akhir setengah tahun 1800-an, sejumlah besar perantara pertolongan pribadi telah didirikan di kota-kota besar untuk membantu orang yang yang tidak bekerja, miskin, sakit, orang-orang yang memiliki ketidakmampuan fisik dan mental, dan anak-anak yatim. Mulai di Buffalo, New York, pada tahun 1877, Charity Organization Society (COS) dengan cepat diangkat di kota-kota. Dalam COS, perantara pribadi bergabung bersama untuk menyediakan pelayanan pusat untuk individu dan keluarga, serta merencanakan dan mengkoordinasikan usaha perantara pribadi untuk memberantas masalah-masalah sosial kota-kota yang menekan.
   Richard Cabot memperkenalkan pekerjaan sosial kedokteran di Rumah Sakit Umum Massachuetts pada tahun 1905. Secara berangsur-angsur, pekerja sosial dipekerjakan di sekolah, pengadilan, klinik bimbingan anakdan lainnya. Sepanjang abad ke-20, telah tumbuh kesadaranoleh papan perantara sosial dan masyarakat umum yang secara profesional melatih para pekerja sosial dibutuhkan untuk menyediakan pelayanan sosial dengan kompeten. Pada tahun 1955, Persatuan Nasional Pekerja Sosial dibentuk, yang mewakili profesi pekerjaan sosial di negara ini. Tujuan dari persatuan ini adalah untuk memperbaiki keadaan sosial di masyarakat dan meningkatkan kualitas dan keefektifan dalam praktek pekerjaan sosial. Persatuan ini mempublikasikan beberapa jurnal profesional yang sebagian besar mengemukakan pekerjaan sosial juga daftar lowongan pekerjaan di seluruh negara.

PROFESI BERKEAHLIAN GANDA 

        Pekerjaan sosial adalah kegiatan professional dalam membantu individu, kelompok, keluarga, organisasi dan komunitas untuk meningkatkan atau mengembalikan kapasitas mereka terhadap keberfungsian sosial dan untuk meciptakan kondisi masyarakat sesuai dengan tujuan mereka.
        Seorang pekerja sosial butuh pelatihan dan keahlian dalam area yang luas untuk menangani masalah-masalah individu, kelompok, keluarga, organisasi, dan komunitas yang lebih besar secara efektif. Pekerja sosial dilatih untuk menangani masalah sosial yang umum dan pribadi. Keahian-keahlian yang dibutuhkan termasuk pembangunan hubungan dengan klien, wawancara, pemecahan masalah, dan hal-hal yang berkaitan dengan organisasi.pekerja sosial juga harus memiliki keahlian meneliti, perkembangan dan penyumbangan program, dan pengetahuan tentang bagaimana menangani isu-isu legal.
       Keahlian yang paling penting adalah pekerja sosial membutuhkan kemampuan untuk menasihati klien dengan efektif. Bagi yang tidak dapat melakukannya, tidak dapat bekerja di pekerjaan sosial. Keahlian kedua yang paling penting adalah kemampuan untuk berinteraksi dengan kelompok lain. Pekerja sosial juga membutuhkan persepsi yang akurat dari kekuatan dan kelemahan profesionalnya.

PELATIHAN MIKRO, MEZZO, DAN MAKRO

·      Mikro : bekerja dengan individu
·      Mezzo: bekerja dengan keluarga dan kelompok kecil lainnya
·      Makro: bekerja dengan organisasi dan komunitas atau mencari perubahan dalam UU dan peraturan sosial

Kegiatan spesifik diselenggarakan oleh para pekerja, termasuk :
1.    Social Casework (Pekerjaan Perkara Sosial)
Pekerjaan perkara sosial mencakup macam-macam kegiatan, seperti membantu orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan untuk memperoleh pekerjaan, menempatkaganyan anak-anak terlantar di panti asuhan, menyediakan pelayanan perlindungan untuk anak-anak yang mendapatkan penyiksaan dan keluarganya, membantu para pecandu alkohol untuk menyatakan bahwa mereka mempunyai masalah minum.
2.    Case Management (Manajemen Perkara)
Tujuan dari manajemen perkara hampir sama dengan pekerja kasus sosial, yaitu menyediakan nasihat-nasihat, menerima klien untuk membuat kepastian mereka mengikuti peraturan masa percobaan, menghubungkan klien dan keluarganya dengan pelayanan yang dibutuhkan, menyiapkan laporan pengadilan, dan memberikan kesaksian di pengadilan.
3.    Group Work (Kerja Kelompok)
Kerja kelompok memfasilitasi intelektual-intelektual, emosional, dan perkembangan sosial individu melaluui kegiatan kelompok.
4.    Group Therapy (Terapi Kelompok)
Terapi kelompok bertujuan memfasilitasi sosial, tingkah laku, dan penyesuaian emosional individu melalui proses kelompok.
5.    Family Therapy (Terapi Keluarga)
Terapi keluarga merupakan suatu jenis terapi kelompok yang bertujuan membantu keluarga dengan masalah interaksional, tingkah laku, dan masalah emosional.
6.    Community Organization (Organisasi Komunitas)
Organisasi komunitas bertujuan mendorong dan membantu komunitas local untuk melakukan evaluasi, perencanaan, dan mengkoordinat usaha-usaha untuk menyediakan kebutuhan kesehatan, kesejahteraan, dan rekreasi komunitas.
7.    Administration (Administrasi)
Fungsi administrasi meliputi perantara pengaturab dan objektif program, menganalisis keadaan sosial dalam komunitas, membuat keputusan yang berhubungan dengan pelayanan apa yang akan disediakan, mengupahi dan mengawasi anggota staf, mengatur struktur organisasi, mengadministrasi urusan keuangan, dan menyumbangkan dana untuk operasi perantara. Selain itu, administrasi juga mengkoordinasi usaha-usaha untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

MODEL PENGOBATAN DAN SISTEM UNTUK TINGKAH LAKU MANUSIA

      Dari tahun 1920 hingga 1960, kebanyakan program pekerjaan sosial menggunakan pendekatan model-pengobatan untuk menilai dan mengubah tingkah laku manusia. Pendekatan ini dikembangkan oleh Sigmund Freud. Pendekatan ini memandang klien sebagai pasien. Tugasnya untuk mengenal penyebab-penyebab masalah pasien, kemudian menyediakan pengobatan.
Pada tahun 1960, pekerjaan sosial telah menggunakan pendekatan sistem dalam menilai tingkah laku manusia. Pekerja sosial sekarang dilatih untuk mempunyai perspektif sistem dalam pekerjaannya dengan individu, keluarga, kelompok, organisasi, dan komunitas. Konsep dari teori sistem umum adalah keutuhan, hubungan, dan homeostasis. Konsep dari keutuhan memiliki arti bahwa objek-objek atau elemen-elemen dalam system menghasilkan suatu kesatuan yang lebih besar daripada jumlah bagian-bagian yang terpisah. Konsep dari hubungan menyatakan bahwa perpolaan dan penstrukturan pada elemen-elemen dalam sebuah sistem adalah sama pentingnya dengan elemen-elemenna sendiri. Konsep hemoestasis mengusulkan bahwa kebanyakan sistem-sistem kehidupan mencari keseimbangan untuk memelihara dan menjaga sistem.

MODEL EKOLOGIS TINGKAH LAKU MANUSIA

       Model ekologis menyelidiki kedua factor internal dan eksternal. Model tersebut tidak memandang sebagai reaktor yang pasif seperti lingkungannya, tetapi lebih dinamis dan berbanding terbalik dengan lingkungannya. Model ekologis memandang individu, keluarga, dan kelompok kecil memiliki masalah dan kebutuhan peralihan ketika mereka berpindah dari satu tingkat kehidupan ke tingkat lainnya. Individu menghadapi banyak perubahan ketika mereka tumbuh lebih tua. Keluargapun mengalami peralihan pengalaman, seperti pertunangan, pernikahan, kelahiran anak, menjadi orang tua, anak baru sekolah, anak meninggalkan rumah, dan kematian orang tua. Kelompok kecilpun memiliki bentuk peralihan perkembangan. Pemusatan kesadaran model ekologis adalah untuk memberi tahu masalah dan kebutuhan peralihan individu, keluarga, dan kelompok kecil.

TUJUAN PRAKTEK PEKERJAAN SOSIAL  

Tujuan dari praktek pekerjaan sosial adalah:
1.    Meningkatkan pemecahan masalah, pengatasan masalah, dan masalah kapasitas perkembangan manusia.
2.  Menghubungkan manusia dengan sistem-sistem yang menyediakan mereka dengan sumber-sumber, pelayanan, dan kesempatan-kesempatan.
3.  Meningkatkan keaktifan dan operasi ramah sistem-sistem yang menyediakan manusia dengan sumber-sumber dan pelayanan-pelayanan.
4.    Mengembangkan dan memperbaiki peraturan sosial.
5.    Memajukan manusia dan komunitas.

PERSPEKTIF KEKUATAN DAN PENGUASAAN

        Pekerjaan sosial menegaskan penguasaan dan perspektif kekuatan dalam bekerja dengan individu, kelompok, keluarga, organisasi, dan komunitas. Sangatlah penting sekali sekarang ini bahwa para pekerja sosial memiliki perspektif internasional selama kita sidup di komunitas global. Penting bahwa para pekerja sosial, meliputi kekuatan klien-klien dalam proses penilaian. Dalam bekerja sama dengan klien, pekerja sosial fikus terhadap kekuatan-kekuatan dan sumber-sumber klien untuk membantu mereka memecahkan berbagai masalah. Untuk memanfaatkan kekuatan klien secara efektif, para pekerja sosial harus menegenali kekuatan-kekuatan tersebut.

LATAR PEKERJAAN DAN KESEMPATAN DALAM PEKERJAAN SOSIAL

         Macam-macam latar pekerjaan tersedia untuk para pekerja sosial, termasuk perlindungan perkembangan, adopsi, masa percobaan dan pembebasan, asisten umum, pemberian nasihat, pelayanan untuk orang tua tunggal, pelayanan day-care, pelayanan sekolah sosial, pelayanan untuk veteran, pelayanan rekreasi seperti pramuka pandu dan program YWCA, pelayanan sosial dalam rumah sakit pengobatan atau mental, program anti-kemiskinan, penyumbangan dana, aksi sosial, pelayanan keluarga berencana, dan pelayanan-pelayanan lainnya. Selain itu, ada pula kesempatan kerja untuk mereka yang memiliki pengalaman dan pelatihan professional yang telah maju dalam perencanaan sosial, organisasi komunitas, konsultasi, supervise, pengajaran, dan administrasi.
               
PRAKTEK PRIBADI PEKERJAAN SOSIAL

    Para pekerja sosial diperbolehkan untuk melakukan praktek pribadi untuk bekerja seharian penuh untuk sebuah perantara. Atau individu dapat bekerja seharian penuh dalam praktek pribadi. Pada rencana lain, para pekerja sosial dapat dipekerjakan oleh sebuah klinik pribadi yang dimiliki oleh seorang ahli jiwa atau psikiater untuk menyediakan terapi terhadap individu dan kelompok.

PEKERJA SOSIAL INTERNASIONAL

     Pekerjaan sosial sekarang ini merupakan profesi dunia. Profesi ini diselenggarakan di Great Britain, Kanada, Amerika, India, dan sejumlah negara-negara lainnya. Berbagai krisis dan masalah dialami oleh satu negara yang kemudian mempengaruhi negara lain. Pelajaran dari pekerjaan sosial internasional dan kesejahteraan sosial sekarang ini merupakan suatu kepentingan yang menggerakkan kita melewati banyak rintangan dan mengizinkan kita semua untuk menjadi lebih baik dalam komunitas dunia yang kooperatif.

KESADARAN DIRI DAN IDENTITAS PERKEMBANGAN

          Ketika melatih murid-murid pekerja sosial, para pendidik menemukan bahwa murid-murid yang dapat memberi nasihat yang terbaik kepada orang lain adalah mereka yang mengenali dirinya sendiri, yaitu mereka memiliki kesadaran diri yang tinggi. Seorang penasihat harus cerdik dalam memperhatikan apa yang klien sedang pikirkan dan rasakan. Untuk menjadi cerdik, penasihat harus dapat menempatkan dirinya dalam situasi klien dan menentukan apa yang benar-benar klien sedang rasakan dan pikirkan. Kecuali jika penasihat memiliki tingkat kesadaran diri yang tinggi, dia sangat tidak mungkin untuk bisa merasakan apa yang orang lain rasakan dan pikirkan
      Pembentukan identitas adalah suatu proses untuk menentukan siapa dirinya dan apa yang diinginkannya di luar kehidupannya. Perkembangan identitas adalah proses yang sangat lama. Untuk mengembangkan identitas yang sukses, seseorang harus berpengalaman dalam kedua cinta dan harga, terutama pada masa anak-anak. Apabila hanya berpengalaman pada salah satu dari keduanya, maka identitas akan mengalami kegagalan.

Sabtu, 15 September 2012

PENTINGNYA TEORI DALAM PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL


·  PENTINGNYA TEORI DALAM PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL


   Ada beberapa teori yang digunakan dalam praktik pekerjaan sosial, diantaranya adalah teori sistem, teori belajar sosial, teori pertukaran sosial, teori konflik, teori motivasi, teori ekologi, teori kritis, teori feminis, dan teori konstruksi realitas. Di sini, saya akan menjelaskan pentingnya teori-teori tersebut dalam praktik pekerjaan sosial, terutama di bidang makro (masyarakat, organisasi, dll).



   Teori Sistem

Sistem merupakan suatu kerangka yang terdiri dari beberapa elemen/sub elemen/sub sistem yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Teori sistem adalah suatu model yang menjelaskan hubungan tertentu antara sub-sub sistem dengan sistem sebagai suatu unit yang bisa saja berupa suatu masyarakat, serikat buruh, dan organisasi pemerintah. Apabila suatu sub sistem tidak berfungsi, maka sistem tidak akan berjalan maksimal atau bahkan tidak berjalan. Intinya, setiap bagian berpengaruh terhadap keseluruhan atau sesuatu tidak dapat ada tanpa keberadaan yang lain. Contoh dari sistem sosial adalah keluarga, di mana anggota-anggota di dalam  keluarga disebut sebagai sub sistem atau bagian dari sistem. Dalam pekerjaan sosial makro, kita mengenal masyarakat sebagai suatu sistem.
Sumbangan teori sistem terhadap praktik pekerjaan sosial makro adalah untuk mengetahui pengaruh dari suatu sub sistem terhadap sub sistem lainnya atau terhadap sistem yang menyebabkan terjadinya permasalahan sosial, baik dilihat dari aspek objektif, seperti masyarakat, maupun aspek subyektif, seperti nilai-nilai budaya, agama, dan lain sebagainya. Dengan mengetahui pengaruh dari setiap sub sistem terhadap sub sistem lainnya atau terhadap sistem, seorang pekerja sosial dapat mencari solusi untuk menyelesaikan masalah. Misalnya, di terminal bis Garut terdapat banyak sekali anak jalanan, pengamen, pedagang asongan, dan pengemis. Hal tersebut dikarenakan mayoritas masyarakatnya miskin. Banyaknya anak jalanan, pengamen, pedagang asongan, dan pengemis pun membuat keadaan terminal tidak nyaman bagi pengunjung, karena sering terjadinya pencopetan, penculikan, dan lain sebagainya. Dari satu aspek saja, yaitu kemiskinan, sudah menimbulkan banyak masalah dalam sistem sosial di terminal. Itu sebabnya seorang pekerja sosial perlu memahami teori sistem untuk dapat menyelesaikan masalah-masalah sosial yang ada.

·      Teori Social Learning (Pembelajaran Sosial)

Teori ini mengatakan bahwa orang dapat mempelajari informasi baru dan perilaku dengan cara melihat orang lain (belajar observasional).  Konsep dasar dari teori ini adalah bahwa orang-orang dapat belajar melalui observasi atau pengamatan, kemudian dilanjutkan dengan peniruan. Mereka mengubah perilakunya melalui penyaksian terhadap bagaimana orang lain merespon sebuah stimulus tertentu. Teori ini menjelaskan bagaimana kita dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan melalui penguat dan pembelajaran observasional. Contohnya seorang anak menyaksikan temannya sering membaca buku pelajaran, kemudian memperoleh rapot yang bagus. Anak tersebut kemudian memiliki keinginan memperoleh rapot yang bagus pula. Dia pun akhirnya meniru temannya dengan rajin membaca buku pelajaran.
Sumbangan teori ini terhadap praktik pekerjaan sosial makro adalah seorang pekerja sosial dapat mengetahui dan memahami penyebab masyarakat berperilaku dan bagaimana mereka merubah perilakunya sehingga perilaku tersebut berpengaruh terhadap lingkungan sosial. Dengan mengetahui hal-hal tersebut, pekerja sosial mampu membuat pemecahan masalah. Misalnya, masyarakat di stasiun Bandung kurang mendapatkan pendidikan, sementara masyarakat di perkotaan mayoritas berpendidikan tinggi, sehingga banyak yang mengalami kesuksesan karena pendidikan. Dengan adanya perbedaan tersebut, pekerja sosial mampu mencari solusi agar masyarakat di daerah stasiun Bandung mampu berkembang seperti masyarakat di daerah perkotaan, misalnya dengan memperlihatkan bagaimana kondisi masyarakat di daerah perkotaan, di mana sebagian besar masyarakatnya mampu berwirausaha ataupun bekerja di kantoran. Kemudian setelah mereka termotivasi, pekerja sosial membangun fasilitas-fasilitas untuk membantu mereka mencapai pendidikan yang tinggi.

·      Teori Social Exchange (Pertukaran Sosial)

Teori ini mengatakan bahwa seseorang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Teori pertukaran sosial pun melihat antara perilaku dengan lingkungan terdapat hubungan yang saling mempengaruhi. Di dalam hubungan tersebut, tedapat unsur imbalan, pengorbanan, dan keuntungan. Jadi, perilaku sosial terdiri atas pertukaran paling sedikit antar dua orang berdasarkan perhitungan untung-rugi. Misalnya, di tempat kerja, percintaan, perkawinan, persahabatan, dan lain sebagainya. Jika imbalan dirasakan tidak cukup atau lebih banyak dari biaya, maka interaksi antar individu atau kelompok akan diakhiri, atau individu-individu yang terlibat akan mengubah perilaku mereka untuk melindungi imbalan apapun yang mereka cari. Teori pertukaran sosial ini penting, karena berusaha menjelaskan fenomena kelompok dalam lingkup konsep-konsep ekonomi dan perilaku mengenai biaya dan imbalan.
Teori ini penting diketahui oleh pekerja sosial dalam melakukan praktikum, terutama oleh pekerja sosial di perusahaan-perusahaan yang dikenal dengan istilah CSR atau Corporate Social Responsibility. CSR adalah tanggungjawab sosial perusahaan atau media perusahaan untuk menjawab berbagai kritik dari masyarakat. Untuk memiliki hubungan yang baik antara perusahaan dengan masyarakat, perusahaan memberikan kontribusi positif kepada masyarakat, sehingga adanya hubungan harmonisasi dan simbiosa mutualisme atau saling menguntungkan, bahkan pendongkrakan citra atau performa perusahaan. Karena perusahaan beroperasi dalam suatu tatanan lingkungan masyarakat, maka perusahaan harus menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan keuntungan (profit) demi kelangsungan bisnisnya, melainkan juga tanggung jawab sosial dan lingkungan. Teori pertukaran sosial penting bagi pekerja sosial, terutama pekerja sosial yang bekerja di perusahaan agar pekerja sosial memahami apa yang membuat keadaan sosial baik. Seperti yang disebutkan dalam teori, keadaan sosial akan baik jika semua sub sistem atau elemen dalam sistem sosial mendapatkan keuntungan dan saling memberikan keuntungan.

·      Teori Organisasi

Cakupan pekerja sosial makro antara lain salah satunya adalah organisasi. Organisasi merupakan suatu wadah atau tempat terjadinya kegiatan bersama untuk mencapai tujuan bersama dan memiliki visi dan misi untuk menampung dan menyalurkan pendapat atau pikiran yang berbeda. Unsur-unsur organisasi adalah orang-orang, kerjasama, tujuan bersama, peralatan atau sarana, lingkungan, dan kekayaan alam. Teori organisasi merupakan studi yang memandang suatu organisasi, baik dari segi fungsi maupun struktur, dengan meninjau pendekatan untuk mencari solusi dari permasalahan dalam suatu organisasi, di mana seluruh pelaku dalam organisasi saling berinteraksi dan saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan bersama. Teori organisasi terdiri dari teori organisasi klasik, teori organisasi neoklasik, dan teori organisasi modern. Teori organisasi klasik menganggap manusia sebagai komponen-komponen yang setiap saat dapat dipasang dan diganti sesuai kehendak pemimpin. Teori organisasi klasik berkembang dalam tiga aliran, yaitu teori birokrasi, teori administrasi, dan teori manajemen ilmiah. Selain itu, ada teori organisasi neoklasik. Teori ini menekankan pada aspek psikologis dan sosial karyawan sebagai individu ataupun kelompok kerja. Yang terakhir adalah teori organisasi modern. Teori ini melihat semua unsur organisasi sebagai satu kesatuan yang saling bergantung dan tidak dapat dipisahkan. Ada banyak masalah yang dihadapi organisasi dan memerlukan pemecahan tersendiri. Masalah-masalah tersebut bisa dikarenakan kesalahpahaman dalam komunikasi, kurangnya koordinasi, tujuan-tujuan yang berbeda, dan lain sebagainya. Peran pekerja sosial makro dalam hal ini adalah sebagai fasilitator,  perunding, pembela, juru bicara, penggerak, penengah, dan konsultan.
Dalam melaksanakan perannya sebagai pekerja sosial makro, pekerja sosial harus mampu mengetahui bagaimana sebuah organisasi berjalan, apa yang menggerakkan sebuah organisasi, apa yang menjadi hambatan dalam berjalannya organisasi, dan lain sebagainya. Teori ini membantu pekerja sosial untuk dapat mendukung dan membantu keberfungsian organisasi. Ketika organisasi mengalami masalah-masalah, pekerja sosial dapat berperan sebagai konsultasi untuk membantu mereka menunjukkan kesulitan-kesulitan dengan tepat, sehingga dengan memfasilitasi proses pemecahan masalah. Oleh karena itu, seorang pekerja sosial makro membutuhkan teori ini untuk dapat memahami sebuah organisasi.

·      Teori Konflik

Teori ini menolak anggapan bahwa masyarakat ada dalam situasi stabil dan tidak berubah. Masyarakat selalu dilihat dalam suatu kondisi tidak seimbang atau tidak adil, dan keadilan dapat dicapai dengan penggunaan kekuatan revolusi terhadap kelompok-kelompok yang berkuasa. Masyarakat juga terbentuk dari individu-individu yang bersaing untuk sumber daya yang terbatas. Dalam hal ini, kelompok-kelompok yang berkuasalah yang memiliki sumber daya lebih dan berusaha untuk mempertahankannya. Sementara kelompok-kelompok sub ordinat atau yang dikuasai, berusaha untuk merebut suber daya tersebut. Contoh dari teori ini adalah pada proses politik, di mana kelompok yang berkuasa selalu berusaha mempertahankan kekuasaan mereka. Teori ini sangat cocok untuk menjelaskan perubahan sosial. Perubahan terjadi bukan karena adaptasi, melainkan adanya persaingan. Teori ini juga menjelaskan bahwa konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya.
Teori ini memiliki sumbangan terhadap praktik pekerjaan sosial makro. Contohnya masalah antarnegara, seperti Indonesia dan Malaysia, diantaranya kasus perebutan wilayah dan hak milik kebudayaan terjadi antara Indonesia dan Malaysia. Bila kasus-kasus tersebut dibiarkan, akan mengakibatkan dampak yang buruk bagi hubungan kedua negara tersebut. Selain itu, Malaysia juga memiliki kekuasaan terhadap Tenaga Kerja Indonesia atau TKI yang membuat marah bangsa Indonesia, karena bangsa Malaysia seringkali melakukan tindak kekerasan dan penyiksaan terhadap TKI. TKI pun seringkali tidak dibayar oleh bangsa Malaysia. Hal tersebut merupakan penghinaan terhadap masyarakat Indonesia. Adapun peran pekerja sosial makro dalam menangani masalah antarnegara tersebut, yaitu diantaranya sebagai konselor, fasilitator, pemberdaya, pembela, broker, dan mediator. Untuk dapat mengatasi masalah tersebut, seorang pekerja sosial harus memiliki landasan tentang bagaimana perubahan sosial terjadi dan seperti apakah proses perubahan sosial itu terjadi, serta harus mengetahui bagaimana kelompok penguasa menguasai kelompok yang dikuasai, dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut tentunya terdapat dalam teori konflik.

·      Teori Motivasi

Motivasi pada dasarnya merupakan alasan untuk bertindak atau dorongan manusia untuk mencapai tujuannya. Motivasi juga merupakan suatu proses untuk mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai dengan yang kita inginkan. Teori motivasi menjelaskan bagaimana alasan bisa muncul pada diri seseorang. Seseorang dapat bertindak jika dia telah memiliki motivasi. Apabila seseorang tidak bertindak, maka motivasinya terhambat. Ada dua hal yang menyebabkan terhambatnya motivasi seseorang, yaitu ketakutan dan malas. Agar motivasi meningkat, maka hambatan-hambatan tersebut harus dikurangi.
Teori ini sangat penting untuk seorang pekerja sosial. Karena untuk membantu dan memberi manfaat kepada masyarakat, seorang pekerja sosial harus dapat mengetahui apa yang harus dia miliki agar dia dapat bertindak untuk membantu masyarakat. Bayangkan saja bila seorang pekerja sosial memiliki rasa malas atau takut untuk bertindak. Dia tidak akan pernah bertindak jika dia tidak mengetahui apa pentingnya motivasi dan bagaimana hambatan-hambatan motivasinya dihilangkan. Tidak mungkin tidak ada seorang pekerja sosial yang tidak pernah merasa takut dan malas. Setiap manusia pasti memiliki kedua hambatan tersebut dalam hidupnya.Teori ini juga berguna untuk seorang pekerja sosial untuk dapat berperan sebagai penyemangat dan penggerak masyarakat.

·      Teori Ekologi

Teori ini menekankan bahwa lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan. Ada lima sistem dalam teori ini, yaitu mikrosistem, mesosistem, ekosistem, makrosistem, dan kronosistem. Mikrosistem merupakan tempat di mana seseorang hidup, misalnya mikrosistem seorang anak meliputi keluarga, guru, teman sebaya, dan lain-lainnya yang sering ditemui anak. Dalam mikrosistem, terjadinya interaksi, misalnya anak dengan orang tua, anak dengan guru, dan sebagainya. Dalam sistem ini, seseorang dipandang membantu membangun setting. Sistem berikutnya adalah mesosistem, yang merupakan hubungan antara beberapa mikrosistem, misalnya hubungan antara orang tua dengan guru, teman dengan guru, dan sebagainya. Dalam ekosistem, seseorang tidak memiliki peran aktif, melainkan terpengaruh oleh berbagai sistem, misalnya pekerjaan orang tua mempengaruhi hubungan antara suami istri dan anaknya. Kemudian makrosistem membicarakan tentang budaya, gaya hidup, dan masyarakat di mana seseorang berada, dan mempengaruhi seseorang. Dan yang terakhir, kronosistem meliputi pemolaan peristiwa-peristiwa sepanjang kehidupan, misalnya mempelajari dampak negatif terhadap perceraian terhadap anak-anak, dan lain sebagainya. Teori ini pada intinya menjelaskan mengenai perilaku manusia sesuai dengan lingkungan dan interaksi antara manusia dengan lingkungan yang terjadi dalam berbagai level dan fungsinya.
Teori ini memberikan sumbangan terhadap praktik pekerjaan sosial makro, yaitu dengan memegang teori ini, seorang pekerja sosial mampu mencari penyelesaian masalah di masyarakat, seperti pengaruh budaya asing terhadap masyarakat Indonesia, berkembangnya gaya hidup modern yang menyebabkan terjadinya masalah sosial, seperti kenakalan remaja, kemiskinan, mental masyarakat yang tidak sehat, dan terutama kerusakan lingkungan. Masyarakat miskin paling menderita jika terjadi kerusakan lingkungan hidup. Oleh karena itu, untuk memperbaiki dan memenuhi kelangsungan hidup masyarakat, seorang pekerja sosial harus mengetahui bagaimana lingkungan berpengaruh terhadap perkembangan masyarakat dan seberapa besar pengaruhnya terhadap perkembangan masyarakat, dengan memperhatikan landasan teori ekologi.

·      Teori Kritis

Teori ini membahas tentang emansipasi dan penindasan. Tujuan daripada teori ini adalah untuk menghilangkan segala bentuk dominasi dan penindasan, serta mendorong adanya kebebasan dan keadilan. Teori ini mempertanyakan sebab-sebab yang mengakibatkan penyelewengan-penyelewengan dalam masyarakat. Struktur masyarakat yang rapuh harus diubah. Intinya, teori kritis ini memberikan kesadaran untuk membebaskan manusia dari irasionalisme atau ketidakmasukakalan. Teori kritis berupaya untuk mengidentifikasi kemungkinan perubahan sosial, sekaligus mempromosikan bentuk refleksi diri dan masyarakat yang bebas dari dominasi. Teori ini erat kaitannya dengan teori konflik, di mana adanya pihak yang mendominasi dan yang didominasi. Teori ini juga berkaitan dengan teori feminis, di mana adanya pihak tertindas, seperti penindasan kaum wanita oleh kaum pria dalam kedudukan sosial ekonomi.
Teori ini penting untuk dipahami seorang pekerja sosial dalam mencari penyelesaian masalah. Misalnya, masalah tindak kekerasan terhadap wanita dalam rumah tangga. Dalam menyelesaikan masalah tersebut, seorang pekerja sosial yang profesional harus memperhatikan dan mengamati sebab-sebab tindak kekerasan tersebut dan bagaimana akibatnya terhadap perubahan sosial. Pekerja sosial profesional tidak dapat melompat pada solusi yang instan tanpa penelitian, namun mereka harus mencari tahu dahulu dengan melakukan berbagai penelitian, temasuk memegang landasan teori agar tidak salah dalam mengambil pemecahan masalah, sebab masyarakat bukanlah objek eksperimen atau percobaan untuk pekerja sosial.

·      Teori Feminis

Secara umum, permasalahan mengenai gender muncul karena posisi kaum wanita yang dianggap lebih rendah dari kaum pria. Posisi wanita dalam kehidupan sosial sering dianggap lebih rendah dengan posisi laki-laki. Laki-laki dianggap bekerja dalam posisi yang lebih menguntungkan daripada wanita karena laki-laki bekerja untuk mendapatkan upah, sedangkan wanita bekerja mengurus rumah tangga tanpa mendapatkan upah apapun. Selain itu dalam dunia kerja, lebih banyak laki-laki yang mendapatkan posisi yang lebih tinggi dari wanita, umpamanya menduduki jabatan sebagai presiden, direktur, parlemen, dll. karena hanya sedikit wanita yang bisa menduduki jabatan seperti itu. Wanita lebih banyak menduduki posisi yang lebih rendah bahkan sangat merendahkan posisi wanita itu sendiri, seperti pembantu, bahkan pelacur. Selain itu, kaum wanita sering mendapatkan perlakuan kekerasan. Lalu, dari tingkat pendidikan pun bisa dilihat kenyataan bahwa wanita masih lebih rendah dari laki-laki terutama di negara-negara berkembang.
Teori feminis menekankan kepada harapan kaum wanita untuk mendapatkan penghidupan yang lebih layak atau sama posisinya dengan laki-laki. Dalam feminis terdapat tiga pendekatan utama, yaitu feminisme liberal, feminisme marxis, dan feminisme radikal. Feminisme liberal sesuai dengan namanya menekankan kebebasan untuk mendapatkan hak-hak dalam kehidupan yang diperoleh kaum wanita. Feminisme liberal menginginkan persamaan derajat antara kaum wanita dan laki-laki sehingga keadilan dapat ditegakkan dalam kehidupan sosial bagi kaum wanita. Lalu, pendekatan lain, yaitu feminisme marxis melihat bahwa posisi perempuan yang lebih rendah dalam struktur ekonomi, sosial, dan politik dari sistem kapitalis. Feminisme Marxis beranggapan bahwa sistem kapitalis harus dihancurkan karena tidak menguntungkan kaum wanita. Pendekatan lain, yaitu feminisme radikal menginginkan analisis pengembangan feminisme yang lebih nyata dan bebas.
Teori ini memberikan sumbangan terhadap praktik pekerjaan sosial makro, berupa pemahaman mengenai sebab timbulnya masalah gender yang juga berpengaruh terhadap perubahan sosial. Dengan memahami permasalahan tersebut, seorang pekerja sosial kemudian mampu menyusun cara untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian masalah tersebut dapat dilakukan dengan mendirikan organisasi kemasyarakatan wanita yang dinamakan National Organization of Women untuk menyetarakan kedudukan wanita dalam bidang politik, ekonomi, dan kehidupan sosial. Selain itu, pekerja sosial juga mendorong pembentukan serikat-serikat pekerja berdasarkan gender dan kelas, seperti NWTUL atau National Women’s Trade Union League. NWTUL ini memiliki program-program perlindungan tenaga kerja wanita yang mencakup penetapan jam kerja, kesehatan dan keselamatan kerja, dan lain sebagainya. Tentu saja strategi penyelesaian masalah seperti itu tidak dapat dilakukan dengan pemecahan masalah secara instan. Dibutuhkan landasan teori feminis untuk dapat menjalankan upaya-upaya tersebut dengan baik.

·      Teori Reality Construction (Konstruksi Realitas)

       Teori ini mengandung pemahaman bahwa realitas atau kenyataan dibangun secara sosial. Realitas merupakan hasil ciptaan manusia melalui kekuatan konstruksi sosial terhadap dunia sosial di sekelilingnya. Realitas sosial tercipta, dipertahankan, dan diubah melalui tindakan dan  interaksi manusia. Oleh karena itu, manusia merupakan produk masyarakat. Dalam teori ini juga, dibedakan antara pengetahuan dan realitas. Pengetahuan merupakan kepastian bahwa realitas itu riil adanya dan memiliki karakteristik khusus dalam kehidupan sehari-hari. Sementara realitas merupakan kualitas dari kenyataan yang memiliki keberadaan dan tidak bergantung pada kehendak manusia. Intinya, teori ini menjelaskan bahwa apa yang ada di dunia dalam kehidupan sehari-hari merupakan kenyataan yang ditafsir oleh manusia. Salah satu contoh realitas sosial di masyarakat adalah kenakalan remaja. Kenakalan remaja disebabkan oleh manusia sendiri. Manusialah yang menciptakan maraknya kenakalan remaja dan hancurnya moral generasi muda bangsa. Maraknya kenakalan remaja disebabkan oleh perbuatan anak remaja sendiri yang bertentangan dengan norma.
       Teori ini penting untuk dijadikan landasan pekerja sosial profesional. Dengan memahami bagaimana kenyataan sosial itu dibangun, pekerja sosial dapat mencari penyelesaian masalah dengan memfasilitasi masyarakat agar masyarakat mampu berubah menuju perubahan yang lebih baik. Sebelum upaya tersebut dilakukan, pekerja sosial profesional membutuhkan landasan teori.



       Jadi, teori sangat penting bagi pekerja sosial profesional dalam melaksanakan praktek pekerjaan sosial. Tanpa teori, praktek hanya didasarkan atas alasan-alasan yang kebetulan. Sementara, masalah sosial yang ada di masyarakat ini bukanlah suatu hal yang dieksperimen pemecahan masalahnya, apalagi objek dalam masalah sosial adalah manusia. Jika pemecahan masalah tidak didasari dengan praktek, maka pemecahan masalah itu bisa jadi penyebab masalah baru. Oleh karena itu, teori dan praktek haruslah seimbang, karena teori merupakan pedoman untuk memudahkan berjalannya praktek.