Minggu, 28 Oktober 2012

TEORI DRAMATURGI: ERVING GOFFMAN


TEORI DRAMATURGI: ERVING GOFFMAN

Erving Goffman, lahir di Alberta, Canada pada 11 Juni 1922. Mendapat gelar S1 dari Univ. Toronto menerima gelar doctor dari Univ. Chicago. Beliau wafat pada tahun 1982 ketika sedang mengalami kejayaan sebagai tokoh sosiologi dan pernah menjadi professor dijurusan sosiologi Univ. Calivornia Barkeley serta ketua liga Ivy Univ. Pennsylvania. Erving Goffman, dianggap sebagai pemikir utama terakhir Chicago asli (Travers, 1922: Tselon, 1992); Fine dan Manning (2000) memandangnya sebagai sosiolog Amerika paling berpengaruh di abad 20. Antara 1950-an dan 1970-an Goofman menerbitkan sederetan buku dan esai yang melahirkan analisis dragmatis sebagai cabang interaksionisme simbolik. Walau Goffman mengalihkan perhatiannya di tahun-tahun berikutnya, ia tetap paling terkenal karena teoridramtugisnya.
Pernyataan paling terkenal Goffman tentang teori dramaturgis berupa buku Presentation of Self in Everyday Life, diterbitkan tahun 1959. Secara ringkas dramaturgis merupakan pandangan tentang kehidupan sosial sebagai serentetan pertunjukan drama dalam sebuah pentas. Istilah Dramaturgi kental dengan pengaruh drama atau teater atau pertunjukan fiksi diatas panggung dimana seorang aktor memainkan karakter manusia-manusia yang lain sehingga penonton dapat memperoleh gambaran kehidupan dari tokoh tersebut dan mampu mengikuti alur cerita dari drama yang disajikan.
Dalam Dramaturgi terdiri dari Front stage (panggung depan) dan Back Stage (panggung belakang). Front Stage yaitu bagian pertunjukan yang berfungsi mendefinisikan situasi penyaksi pertunjukan. Front stage dibagi menjadi 2 bagian, Setting yaitu pemandangan fisik yang harus ada jika sang actor memainkan perannya. Dan Front Personal yaitu berbagai macam perlengkapan sebagai pembahasa perasaan dari sang actor. Front personal masih terbagi menjadi dua bagian, yaitu Penampilan yang terdiri dari berbagai jenis barang yang mengenalkan status social actor. Dan Gaya yang berarti mengenalkan peran macam apa yang dimainkan actor dalam situasi tertentu. Back stage (panggung belakang) yaitu ruang dimana disitulah berjalan scenario pertunjukan oleh “tim” (masyarakat rahasia yang mengatur pementasan masing-masing actor)
Goffman mendalami dramaturgi dari segi sosiologi. Beliau menggali segala macam perilaku interaksi yang kita lakukan dalam pertunjukan kehidupan kita sehari-hari yang menampilkan diri kita sendiri dalam cara yang sama dengan cara seorang aktor menampilkan karakter orang lain dalam sebuah pertunjukan drama. Cara yang sama ini berarti mengacu kepada kesamaan yang berarti ada pertunjukan yang ditampilkan. Goffman mengacu pada pertunjukan sosiologi. Pertunjukan yang terjadi di masyarakat untuk memberi kesan yang baik untuk mencapai tujuan. Tujuan dari presentasi dari Diri – Goffman ini adalah penerimaan penonton akan manipulasi. Bila seorang aktor berhasil, maka penonton akan melihat aktor sesuai sudut yang memang ingin diperlihatkan oleh aktor tersebut. Aktor akan semakin mudah untuk membawa penonton untuk mencapai tujuan dari pertunjukan tersebut. Ini dapat dikatakan sebagai bentuk lain dari komunikasi. Karena komunikasi sebenarnya adalah alat untuk mencapai tujuan. Bila dalam komunikasi konvensional manusia berbicara tentang bagaimana memaksimalkan indera verbal dan non-verbal untuk mencapai tujuan akhir komunikasi, agar orang lain mengikuti kemauan kita. Maka dalam dramaturgis, yang diperhitungkan adalah konsep menyeluruh bagaimana kita menghayati peran sehingga dapat memberikan feedback sesuai yang kita mau. Perlu diingat, dramatugis mempelajari konteks dari perilaku manusia dalam mencapai tujuannya dan bukan untuk mempelajari hasil dari perilakunya tersebut. Dramaturgi memahami bahwa dalam interaksi antar manusia ada “kesepakatan” perilaku yang disetujui yang dapat mengantarkan kepada tujuan akhir dari maksud interaksi sosial tersebut. Bermain peran merupakan salah satu alat yang dapat mengacu kepada tercapainya kesepakatan tersebut.
Dalam teori Dramatugis menjelaskan bahwa identitas manusia adalah tidak stabil dan merupakan setiap identitas tersebut merupakan bagian kejiwaan psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa saja berubah-ubah tergantung dari interaksi dengan orang lain. Disinilah dramaturgis masuk, bagaimana kita menguasai interaksi tersebut. Dalam dramaturgis, interaksi sosial dimaknai sama dengan pertunjukan teater. Manusia adalah aktor yang berusaha untuk menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain melalui “pertunjukan dramanya sendiri”. Dalam mencapai tujuannya tersebut, menurut konsep dramaturgis, manusia akan mengembangkan perilaku-perilaku yang mendukung perannya tersebut. Selayaknya pertunjukan drama, seorang aktor drama kehidupan juga harus mempersiapkan kelengkapan pertunjukan. Kelengkapan ini antara lain memperhitungkan setting, kostum, penggunakan kata (dialog) dan tindakan non verbal lain, hal ini tentunya bertujuan untuk meninggalkan kesan yang baik pada lawan interaksi dan memuluskan jalan mencapai tujuan. Oleh Goffman, tindakan diatas disebut dalam istilah “impression management”. Goffman juga melihat bahwa ada perbedaan akting yang besar saat aktor berada di atas panggung (front stage) dan di belakang panggung (back stage) drama kehidupan. Kondisi akting di front stage adalah adanya penonton (yang melihat kita) dan kita sedang berada dalam bagian pertunjukan. Saat itu kita berusaha untuk memainkan peran kita sebaik-baiknya agar penonton memahami tujuan dari perilaku kita. Perilaku kita dibatasi oleh oleh konsep-konsep drama yang bertujuan untuk membuat drama yang berhasil (lihat unsur-unsur tersebut pada impression management diatas). Sedangkan back stage adalah keadaan dimana kita berada di belakang panggung, dengan kondisi bahwa tidak ada penonton. Sehingga kita dapat berperilaku bebas tanpa mempedulikan plot perilaku bagaimana yang harus kita bawakan. Contohnya, seorang teller senantiasa berpakaian rapi menyambut nasabah dengan ramah, santun, bersikap formil dan perkataan yang diatur. Tetapi, saat istirahat siang, sang teller bisa bersikap lebih santai, bersenda gurau dengan bahasa gaul dengan temannya atau bersikap tidak formil lainnya (ngerumpi, dsb). Saat teller menyambut nasabah, merupakan saat front stage baginya (saat pertunjukan). Tanggung jawabnya adalah menyambut nasabah dan memberikan pelayanan kepada nasabah tersebut. Oleh karenanya, perilaku sang teller juga adalah perilaku yang sudah digariskan skenarionya oleh pihak manajemen. Saat istirahat makan siang, teller bebas untuk mempersiapkan dirinya menuju babak ke dua dari pertunjukan tersebut. Karenanya, skenario yang disiapkan oleh manajemen adalah bagaimana sang teller tersebut dapat refresh untuk menjalankan perannya di babak selanjutnya.
Sebelum berinteraksi dengan orang lain, seseorang pasti akan mempersiapkan perannya dulu, atau kesan yang ingin ditangkap oleh orang lain. Kondisi ini sama dengan apa yang dunia teater katakan sebagai “breaking character”. Dengan konsep dramaturgis dan permainan peran yang dilakukan oleh manusia, terciptalah suasana-suasana dan kondisi interaksi yang kemudian memberikan makna tersendiri. Munculnya pemaknaan ini sangat tergantung pada latar belakang sosial masyarakat itu sendiri. Terbentuklah kemudian masyarakat yang mampu beradaptasi dengan berbagai suasana dan corak kehidupan. Masyarakat yang tinggal dalam komunitas heterogen perkotaan, menciptakan panggung-panggung sendiri yang membuatnya bisa tampil sebagai komunitas yang bisa bertahan hidup dengan keheterogenannya. Begitu juga dengan masyarakat homogen pedesaan, menciptakan panggung-panggung sendiri melalui interaksinya, yang terkadang justru membentuk proteksi sendiri dengan komunitas lainnya. Apa yang dilakukan masyarakat melalui konsep permainan peran adalah realitas yang terjadi secara alamiah dan berkembang sesuai perubahan yang berlangsung dalam diri mereka. Permainan peran ini akan berubah-rubah sesuai kondisi dan waktu berlangsungnya. Banyak pula faktor yang berpengaruh dalam permainan peran ini, terutama aspek sosial psikologis yang melingkupinya.
Dramarturgi hanya dapat berlaku di institusi total. Institusi total maksudnya adalah institusi yang memiliki karakter dihambakan oleh sebagian kehidupan atau keseluruhan kehidupan dari individual yang terkait dengan institusi tersebut, dimana individu ini berlaku sebagai sub-ordinat yang mana sangat tergantung kepada organisasi dan orang yang berwenang atasnya. Ciri-ciri institusi total antara lain dikendalikan oleh kekuasan (hegemoni) dan memiliki hierarki yang jelas. Contohnya, sekolah asrama yang masih menganut paham pengajaran kuno (disiplin tinggi), kamp konsentrasi (barak militer), institusi pendidikan, penjara, pusat rehabilitasi (termasuk didalamnya rumah sakit jiwa, biara, institusi pemerintah, dan lainnya. Dramaturgi dianggap dapat berperan baik pada instansi-instansi yang menuntut pengabdian tinggi dan tidak menghendaki adanya “pemberontakan”. Karena di dalam institusi-institusi ini peran-peran sosial akan lebih mudah untuk diidentifikasi. Orang akan lebih memahami skenario semacam apa yang ingin dimainkan. Bahkan beberapa ahli percaya bahwa teori ini harus dibuktikan dahulu sebelum diaplikasikan.
Teori ini juga dianggap tidak mendukung pemahaman bahwa dalam tujuan sosiologi ada satu kata yang seharusnya diperhitungkan, yakni kekuatan “kemasyarakatan”. Bahwa tuntutan peran individual menimbulkan clash bila berhadapan dengan peran kemasyarakatan. Ini yang sebaiknya dapat disinkronkan.
Dramaturgi dianggap terlalu condong kepada positifisme. Penganut paham ini menyatakan adanya kesamaan antara ilmu sosial dan ilmu alam, yakni aturan. Aturan adalah pakem yang mengatur dunia sehingga tindakan nyeleneh atau tidak dapat dijelaskan secara logis merupakan hal yang tidak patut.



CONTOH-CONTOH KASUS
            Contoh kasus daripada teori dramaturgi terdapat pada berbagai peran manusia, seperti seorang presiden, pengemis, selebriti, guru dan dosen, dan lain-lain.
            Seorang presiden, contohnya Susilo Bambang Yudhoyono, berpenampilan rapi dan berwibawa saat sedang melakukan pidato di depan umum dan saat mengunjungi berbagai tempat-tempat formal. Tujuannya adalah untuk menunjukkan suatu sosok seorang pemimpin kepada orang lain atau masyarakat. Namun saat di rumah, ia berpenampilan dan berperilaku seperti orang lain pada umumnya. Di rumah, ia berperan sebagai seorang ayah nagi anak-anaknya dan seorang suami bagi istrinya.
            Contoh lainnya adalah seorang pengemis yang seringkali kita temukan di depan gerbang lama Universitas Padjadjaran yang berpakaian lusuh selalu menampakkan wajah sedihnya ke setiap orang untuk menerima rasa empati berupa materi. Tak peduli kotor, bau, atau berpenampilan kumuh. Mereka melakukan hal seperti itu sebagai aktor panggung depan karena sedang mendefinisikan sesuatu bagi orang lain yang menyaksikan penampilannya. Berbeda dengan panggung belakangnya, para pengemis menjalani kehidupan seperti orang pada umumnya ketika sedang berada dirumahnya.
            Selebriti juga merupakan salah satu contoh kasus yang berkaitan Teori Dramaturgi, misalnya Luna Maya. Beberapa waktu yang lalu, ia terlibat dalam kasus hukum dikarenakan melanggar pasal-pasal yang berhubungan dengan tindakan mesum. Masalah tersebut merupakan masalah yang sangat serius baginya, namun ia berusaha untuk memerankan karakternya sebagai seorang selebriti di berbagai acara dengan penampilan yang tidak memperlihatkan bahwa dirinya sedang mengalami masalah besar. Ia tidak ingin menunjukkan kepada audiens bahwa ia sedang mengalami masalah. Tujuannya tampil di berbagai acara tersebut adalah hanya untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang selebriti yang memiliki peran tersendiri dalam acara yang ia pentasi. Selain Luna Maya, adapun selebriti lainnya yang jelas berkaitan dengan Teori Dramaturgi, di mana orang-orang tersebut memiliki front stage  dan back stage yang berbeda. Contohnya adalah para pelawak, seperti Olga Syahputra, Sule, Ruben Onsu, Ade Namnung, dan lain sebagainya. Di depan panggung Dahsyat dan berbagai acara lainnya, Olga tampak seperti sosok orang yang sangat ceria dan penuh dengan humor. Namun, pada saat diwawancarai di suatu berita selebritis, ia menceritakan betapa prihatinnya hidupnya. Ia mengatakan bahwa ia melakukan ini semua untuk mendapatkan uang, sehingga kebutuhan keluarganya terpenuhi. Untuk mendapatkan uang tersebut, ia harus bisa berperan sesuai dengan karakternya dalam acara tersebut, yaitu seorang pelawak atau entertainer. Ia berusaha menunjukkan pada seluruh audiens yang menonton bahwa dirinya adalah seorang host yang humoris dan bisa membuat para penontonnya terhibur dengan acara yang dipentasinya. Sama halnya dengan pelawak lainnya. Mereka memiliki front stage dan back stage yang sangat berbeda.
            Selain ketiga contoh tersebut, adapun contoh lainnya, yaitu seorang guru dan dosen. Pada saat di kelas, seorang guru dan dosen berperan sebagai pengajar dan pendidik. Mereka memberi berbagai peraturan dan tugas di kelas. Mereka melakukan tugas di kelas sesuai dengan peran mereka sebagai pengajar. Namun di luar perannya tersebut, mereka berperilaku seperti orang lain yang tidak memiliki peran sebagai pengajar.
            Ada sebuah kasus di Ujungberung, Bandung. Wilayah ini merupakan "wadah" dan pusat para musisi dan pecinta musik “Underground”. Disana, terdapat seorang wanita berjilbab yang menjadi vokalis salah satu band “hardcore”. Menariknya adalah wanita tersebut berjilbab dan mempunyai pekerjaan lain, yaitu seorang “Guru TK “. Jika dibayangkan, memang agak sulit seorang guru TK dan berjilbab mengeluarkan suara-suara keras menyeramkan, tetapi hal ini memang terjadi. Sesuatu yang sangat langka, wanita itu bernama Achie. Dia adalah vokalis band metal yang bernama GUGAT yang terdiri dari Achie (vocal), imam (drum), Okid (vokal), Oce (gitar), dan Bayu (bass). Achie merupakan salah satu orang yang sangat langka dan berani menembus nilai-nilai yang berada dalam masyarakat. Dia mempunyai sisi idealisme dan mampu mengimplementasikan sebuah teori sosial yang disebut dengan Teori Dramaturgi.

ANALISA CONTOH-CONTOH KASUS TERSEBUT
            Keempat contoh-contoh  kasus tersebut berkaitan dengan Teori Dramaturgi, karena setiap peran dalam yang disebutkan sebelumnya, yaitu seorang presiden, pengemis, selebriti, dan guru atau dosen memiliki dua macam karakteristik, yaitu karakterisitik secara front stage dan secara back stage. Pada saat di depan panggung atau di depan umum dan audiens, mereka menunjukkan karakteristik yang berbeda dengan pada saat mereka berada di belakang panggung atau di luar tempat di mana mereka menunjukkan karakteristik front stage tersebut.
            Layaknya seorang aktor dan aktris, jika berada di depan panggung (front stage), mereka harus memiliki kemampuan untuk menjadi orang lain atau sebuah karakter yang berbeda. Sedangakan back stage ini merupakan karakter asli dari diri mereka yang tidak bisa mereka sembunyikan.

PEKERJAAN SOSIAL SEBAGAI SUATU PROFESI DAN KARIR


PEKERJAAN SOSIAL SEBAGAI SUATU PROFESI DAN KARIR


SEJARAH SINGKAT PEKERJAAN SOSIAL

    Perantara kesejahteraan sosial pertama dimulai pada awal tahun 1800 dengan usaha untuk memenuhi kebutuhan manusia yang bertempat tinggal di perkotaan. Ilustrasi dari organisasi kesejahteraan sosial pertama adalah Masyarakat untuk Pencegahan Kemiskinan, ditemukan oleh John Griscom pada tahun 1820. Tujuan masyarakat ini adalah untuk menyelidiki kebiasaan dan kehidupan sehari-hari  orang miskin, untuk mengusulkan rencana-rencana agar orang-orang miskin dapat membantu mereka sendiri dan mendorong orang-orang miskin untuk menghemat dan berhemat.
     Pada akhir setengah tahun 1800-an, sejumlah besar perantara pertolongan pribadi telah didirikan di kota-kota besar untuk membantu orang yang yang tidak bekerja, miskin, sakit, orang-orang yang memiliki ketidakmampuan fisik dan mental, dan anak-anak yatim. Mulai di Buffalo, New York, pada tahun 1877, Charity Organization Society (COS) dengan cepat diangkat di kota-kota. Dalam COS, perantara pribadi bergabung bersama untuk menyediakan pelayanan pusat untuk individu dan keluarga, serta merencanakan dan mengkoordinasikan usaha perantara pribadi untuk memberantas masalah-masalah sosial kota-kota yang menekan.
   Richard Cabot memperkenalkan pekerjaan sosial kedokteran di Rumah Sakit Umum Massachuetts pada tahun 1905. Secara berangsur-angsur, pekerja sosial dipekerjakan di sekolah, pengadilan, klinik bimbingan anakdan lainnya. Sepanjang abad ke-20, telah tumbuh kesadaranoleh papan perantara sosial dan masyarakat umum yang secara profesional melatih para pekerja sosial dibutuhkan untuk menyediakan pelayanan sosial dengan kompeten. Pada tahun 1955, Persatuan Nasional Pekerja Sosial dibentuk, yang mewakili profesi pekerjaan sosial di negara ini. Tujuan dari persatuan ini adalah untuk memperbaiki keadaan sosial di masyarakat dan meningkatkan kualitas dan keefektifan dalam praktek pekerjaan sosial. Persatuan ini mempublikasikan beberapa jurnal profesional yang sebagian besar mengemukakan pekerjaan sosial juga daftar lowongan pekerjaan di seluruh negara.

PROFESI BERKEAHLIAN GANDA 

        Pekerjaan sosial adalah kegiatan professional dalam membantu individu, kelompok, keluarga, organisasi dan komunitas untuk meningkatkan atau mengembalikan kapasitas mereka terhadap keberfungsian sosial dan untuk meciptakan kondisi masyarakat sesuai dengan tujuan mereka.
        Seorang pekerja sosial butuh pelatihan dan keahlian dalam area yang luas untuk menangani masalah-masalah individu, kelompok, keluarga, organisasi, dan komunitas yang lebih besar secara efektif. Pekerja sosial dilatih untuk menangani masalah sosial yang umum dan pribadi. Keahian-keahlian yang dibutuhkan termasuk pembangunan hubungan dengan klien, wawancara, pemecahan masalah, dan hal-hal yang berkaitan dengan organisasi.pekerja sosial juga harus memiliki keahlian meneliti, perkembangan dan penyumbangan program, dan pengetahuan tentang bagaimana menangani isu-isu legal.
       Keahlian yang paling penting adalah pekerja sosial membutuhkan kemampuan untuk menasihati klien dengan efektif. Bagi yang tidak dapat melakukannya, tidak dapat bekerja di pekerjaan sosial. Keahlian kedua yang paling penting adalah kemampuan untuk berinteraksi dengan kelompok lain. Pekerja sosial juga membutuhkan persepsi yang akurat dari kekuatan dan kelemahan profesionalnya.

PELATIHAN MIKRO, MEZZO, DAN MAKRO

·      Mikro : bekerja dengan individu
·      Mezzo: bekerja dengan keluarga dan kelompok kecil lainnya
·      Makro: bekerja dengan organisasi dan komunitas atau mencari perubahan dalam UU dan peraturan sosial

Kegiatan spesifik diselenggarakan oleh para pekerja, termasuk :
1.    Social Casework (Pekerjaan Perkara Sosial)
Pekerjaan perkara sosial mencakup macam-macam kegiatan, seperti membantu orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan untuk memperoleh pekerjaan, menempatkaganyan anak-anak terlantar di panti asuhan, menyediakan pelayanan perlindungan untuk anak-anak yang mendapatkan penyiksaan dan keluarganya, membantu para pecandu alkohol untuk menyatakan bahwa mereka mempunyai masalah minum.
2.    Case Management (Manajemen Perkara)
Tujuan dari manajemen perkara hampir sama dengan pekerja kasus sosial, yaitu menyediakan nasihat-nasihat, menerima klien untuk membuat kepastian mereka mengikuti peraturan masa percobaan, menghubungkan klien dan keluarganya dengan pelayanan yang dibutuhkan, menyiapkan laporan pengadilan, dan memberikan kesaksian di pengadilan.
3.    Group Work (Kerja Kelompok)
Kerja kelompok memfasilitasi intelektual-intelektual, emosional, dan perkembangan sosial individu melaluui kegiatan kelompok.
4.    Group Therapy (Terapi Kelompok)
Terapi kelompok bertujuan memfasilitasi sosial, tingkah laku, dan penyesuaian emosional individu melalui proses kelompok.
5.    Family Therapy (Terapi Keluarga)
Terapi keluarga merupakan suatu jenis terapi kelompok yang bertujuan membantu keluarga dengan masalah interaksional, tingkah laku, dan masalah emosional.
6.    Community Organization (Organisasi Komunitas)
Organisasi komunitas bertujuan mendorong dan membantu komunitas local untuk melakukan evaluasi, perencanaan, dan mengkoordinat usaha-usaha untuk menyediakan kebutuhan kesehatan, kesejahteraan, dan rekreasi komunitas.
7.    Administration (Administrasi)
Fungsi administrasi meliputi perantara pengaturab dan objektif program, menganalisis keadaan sosial dalam komunitas, membuat keputusan yang berhubungan dengan pelayanan apa yang akan disediakan, mengupahi dan mengawasi anggota staf, mengatur struktur organisasi, mengadministrasi urusan keuangan, dan menyumbangkan dana untuk operasi perantara. Selain itu, administrasi juga mengkoordinasi usaha-usaha untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

MODEL PENGOBATAN DAN SISTEM UNTUK TINGKAH LAKU MANUSIA

      Dari tahun 1920 hingga 1960, kebanyakan program pekerjaan sosial menggunakan pendekatan model-pengobatan untuk menilai dan mengubah tingkah laku manusia. Pendekatan ini dikembangkan oleh Sigmund Freud. Pendekatan ini memandang klien sebagai pasien. Tugasnya untuk mengenal penyebab-penyebab masalah pasien, kemudian menyediakan pengobatan.
Pada tahun 1960, pekerjaan sosial telah menggunakan pendekatan sistem dalam menilai tingkah laku manusia. Pekerja sosial sekarang dilatih untuk mempunyai perspektif sistem dalam pekerjaannya dengan individu, keluarga, kelompok, organisasi, dan komunitas. Konsep dari teori sistem umum adalah keutuhan, hubungan, dan homeostasis. Konsep dari keutuhan memiliki arti bahwa objek-objek atau elemen-elemen dalam system menghasilkan suatu kesatuan yang lebih besar daripada jumlah bagian-bagian yang terpisah. Konsep dari hubungan menyatakan bahwa perpolaan dan penstrukturan pada elemen-elemen dalam sebuah sistem adalah sama pentingnya dengan elemen-elemenna sendiri. Konsep hemoestasis mengusulkan bahwa kebanyakan sistem-sistem kehidupan mencari keseimbangan untuk memelihara dan menjaga sistem.

MODEL EKOLOGIS TINGKAH LAKU MANUSIA

       Model ekologis menyelidiki kedua factor internal dan eksternal. Model tersebut tidak memandang sebagai reaktor yang pasif seperti lingkungannya, tetapi lebih dinamis dan berbanding terbalik dengan lingkungannya. Model ekologis memandang individu, keluarga, dan kelompok kecil memiliki masalah dan kebutuhan peralihan ketika mereka berpindah dari satu tingkat kehidupan ke tingkat lainnya. Individu menghadapi banyak perubahan ketika mereka tumbuh lebih tua. Keluargapun mengalami peralihan pengalaman, seperti pertunangan, pernikahan, kelahiran anak, menjadi orang tua, anak baru sekolah, anak meninggalkan rumah, dan kematian orang tua. Kelompok kecilpun memiliki bentuk peralihan perkembangan. Pemusatan kesadaran model ekologis adalah untuk memberi tahu masalah dan kebutuhan peralihan individu, keluarga, dan kelompok kecil.

TUJUAN PRAKTEK PEKERJAAN SOSIAL  

Tujuan dari praktek pekerjaan sosial adalah:
1.    Meningkatkan pemecahan masalah, pengatasan masalah, dan masalah kapasitas perkembangan manusia.
2.  Menghubungkan manusia dengan sistem-sistem yang menyediakan mereka dengan sumber-sumber, pelayanan, dan kesempatan-kesempatan.
3.  Meningkatkan keaktifan dan operasi ramah sistem-sistem yang menyediakan manusia dengan sumber-sumber dan pelayanan-pelayanan.
4.    Mengembangkan dan memperbaiki peraturan sosial.
5.    Memajukan manusia dan komunitas.

PERSPEKTIF KEKUATAN DAN PENGUASAAN

        Pekerjaan sosial menegaskan penguasaan dan perspektif kekuatan dalam bekerja dengan individu, kelompok, keluarga, organisasi, dan komunitas. Sangatlah penting sekali sekarang ini bahwa para pekerja sosial memiliki perspektif internasional selama kita sidup di komunitas global. Penting bahwa para pekerja sosial, meliputi kekuatan klien-klien dalam proses penilaian. Dalam bekerja sama dengan klien, pekerja sosial fikus terhadap kekuatan-kekuatan dan sumber-sumber klien untuk membantu mereka memecahkan berbagai masalah. Untuk memanfaatkan kekuatan klien secara efektif, para pekerja sosial harus menegenali kekuatan-kekuatan tersebut.

LATAR PEKERJAAN DAN KESEMPATAN DALAM PEKERJAAN SOSIAL

         Macam-macam latar pekerjaan tersedia untuk para pekerja sosial, termasuk perlindungan perkembangan, adopsi, masa percobaan dan pembebasan, asisten umum, pemberian nasihat, pelayanan untuk orang tua tunggal, pelayanan day-care, pelayanan sekolah sosial, pelayanan untuk veteran, pelayanan rekreasi seperti pramuka pandu dan program YWCA, pelayanan sosial dalam rumah sakit pengobatan atau mental, program anti-kemiskinan, penyumbangan dana, aksi sosial, pelayanan keluarga berencana, dan pelayanan-pelayanan lainnya. Selain itu, ada pula kesempatan kerja untuk mereka yang memiliki pengalaman dan pelatihan professional yang telah maju dalam perencanaan sosial, organisasi komunitas, konsultasi, supervise, pengajaran, dan administrasi.
               
PRAKTEK PRIBADI PEKERJAAN SOSIAL

    Para pekerja sosial diperbolehkan untuk melakukan praktek pribadi untuk bekerja seharian penuh untuk sebuah perantara. Atau individu dapat bekerja seharian penuh dalam praktek pribadi. Pada rencana lain, para pekerja sosial dapat dipekerjakan oleh sebuah klinik pribadi yang dimiliki oleh seorang ahli jiwa atau psikiater untuk menyediakan terapi terhadap individu dan kelompok.

PEKERJA SOSIAL INTERNASIONAL

     Pekerjaan sosial sekarang ini merupakan profesi dunia. Profesi ini diselenggarakan di Great Britain, Kanada, Amerika, India, dan sejumlah negara-negara lainnya. Berbagai krisis dan masalah dialami oleh satu negara yang kemudian mempengaruhi negara lain. Pelajaran dari pekerjaan sosial internasional dan kesejahteraan sosial sekarang ini merupakan suatu kepentingan yang menggerakkan kita melewati banyak rintangan dan mengizinkan kita semua untuk menjadi lebih baik dalam komunitas dunia yang kooperatif.

KESADARAN DIRI DAN IDENTITAS PERKEMBANGAN

          Ketika melatih murid-murid pekerja sosial, para pendidik menemukan bahwa murid-murid yang dapat memberi nasihat yang terbaik kepada orang lain adalah mereka yang mengenali dirinya sendiri, yaitu mereka memiliki kesadaran diri yang tinggi. Seorang penasihat harus cerdik dalam memperhatikan apa yang klien sedang pikirkan dan rasakan. Untuk menjadi cerdik, penasihat harus dapat menempatkan dirinya dalam situasi klien dan menentukan apa yang benar-benar klien sedang rasakan dan pikirkan. Kecuali jika penasihat memiliki tingkat kesadaran diri yang tinggi, dia sangat tidak mungkin untuk bisa merasakan apa yang orang lain rasakan dan pikirkan
      Pembentukan identitas adalah suatu proses untuk menentukan siapa dirinya dan apa yang diinginkannya di luar kehidupannya. Perkembangan identitas adalah proses yang sangat lama. Untuk mengembangkan identitas yang sukses, seseorang harus berpengalaman dalam kedua cinta dan harga, terutama pada masa anak-anak. Apabila hanya berpengalaman pada salah satu dari keduanya, maka identitas akan mengalami kegagalan.