Senin, 01 September 2014

CSR

What is CSR?

Corporate Social Responsibility is a management concept whereby companies integrate social and environmental concerns in their business operations and interactions with their stakeholders. CSR is generally understood as being the way through which a company achieves a balance of economic, environmental and social imperatives (“Triple-Bottom-Line- Approach”), while at the same time addressing the expectations of shareholders and stakeholders. In this sense it is important to draw a distinction between CSR, which can be a strategic business management concept, and charity, sponsorships or philanthropy. Even though the latter can also make a valuable contribution to poverty reduction, will directly enhance the reputation of a company and strengthen its brand, the concept of CSR clearly goes beyond that.

Promoting the uptake of CSR amongst SMEs requires approaches that fit the respective needs and capacities of these businesses, and do not adversely affect their economic viability. UNIDO based its CSR programme on the Triple Bottom Line (TBL) Approach, which has proven to be a successful tool for SMEs in the developing countries to assist them in meeting social and environmental standards without compromising their competitiveness. The TBL approach is used as a framework for measuring and reporting corporate performance against economic, social and environmental performance. It is an attempt to align private enterprises to the goal of sustainable global development by providing them with a more comprehensive set of working objectives than just profit alone. The perspective taken is that for an organization to be sustainable, it must be financially secure, minimize (or ideally eliminate) its negative environmental impacts and act in conformity with societal expectations.

Key CSR issues: environmental management, eco-efficiency, responsible sourcing, stakeholder engagement, labour standards and working conditions, employee and community relations, social equity, gender balance, human rights, good governance, and anti-corruption measures.
A properly implemented CSR concept can bring along a variety of competitive advantages, such as enhanced access to capital and markets, increased sales and profits, operational cost savings, improved productivity and quality, efficient human resource base, improved brand image and reputation, enhanced customer loyalty, better decision making and risk management processes.

Reference:
http://www.unido.org/en/what-we-do/trade/csr/what-is-csr.html
 

Minggu, 31 Agustus 2014

Konsep Kesejahteraan Sosial

  • Suatu institusi atau bidang kegiatan yang melibatkan aktivitas terorganisir yang diselenggarakan baik oleh lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk mencegah, mengatasi atau memberikan kontribusi terhadap pemecahan masalah social, dan peningkatan kualitas hidup individu, kelompok dan masyarakat.
  • Kesejahteraan sosial dapat diartikan sebagai pendekatan atau kegiatan yang terorganisir dalam bidang pembangunan sosial. Dalam konteks ini, kesejahteraan sosial biasanya merujuk pada arena atau field of practice tempat berkiprah berbagai profesi kemanusiaan, termasuk pekerja sosial, dokter, perawat, guru, psikolog, dan psikiater.
  • Di negara-negara maju, kesejahteraan sosial sangat identik dengan jaminan sosial (social security), seperti public assistance dan social insurance, yang diselenggarakan negara terutama untuk kaum yang kurang beruntung (disadvantaged groups).
  • Di Indonesia, kesejahteraan sosial sering dipandang sebagai tujuan atau kondisi kehidupan yang sejahtera, yakni terpenuhinya kebutuhan pokok manusia (Suharto, 2006a; 2006b).
  • Kondisi sejahtera, yaitu keadaan terpenuhinya segala bentuk kebutuhan hidup, khususnya yang bersifat mendasar seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan dan perawatan social.
  • Kesejahteraan sosial bisa dipandang sebagai ilmu atau disiplin akademis yang mempelajari kebijakan sosial, pekerjaan sosial, dan program-program pelayanan sosial. Seperti halnya sosiologi, psikologi, antropologi, ekonomi, politik, studi pembangunan, dan pekerjaan sosial, ilmu kesejahteraan sosial berupaya mengembangkan basis pengetahuannya untuk mengidentifikasi masalah sosial, penyebabnya dan strategi penanggulangannya.
  • Pada masa awal perkembangannya, kesejahteraan sosial memiliki basis ilmu yang dikembangkan dari berbagi disiplin ilmu sosial lain, terutama filsafat, sosiologi, psikologi, antropologi, politik dan ekonomi. Belakangan ini, bidang studi kesejahteraan sosial telah sangat aktif menyelenggarakan berbagai proyek penelitian dan pengembangan keilmuannya yang semakin spesifik.
  • Zastrow (2000: 7) menegaskan perkembangan ilmu kesejahteraan sosial ini dengan menyatakan: “This increased research and theory development activity is an indication that social welfare is a discipline that is maturing, as it is now developing much of its own knowledge base”.
  •  Sebagai arena atau domain utama tempat berkiprah pekerja social.

Jenis-jenis Piramida Penduduk




Jenis-jenis piramida penduduk dibedakan menjadi 3, yaitu piramida penduduk muda (ekspansive), piramida penduduk stasioner, dan piramida penduduk tua (konstruktif). #fnr-site
  1. Piramida Penduduk Muda (Expansive)
    Suatu wilayah yang memiliki angka kelahiran yang tinggi dan angka kematian yang rendah sehingga daerah ini mengalami pertumbuhan penduduk yang cepat. Piramida ini dicirikan sebagian besar penduduk masuk dalam kelompok umur muda.
    Contohnya adalah negara-negara yang sedang berkembang, misalnya Indonesia, Malaysia, Filipina, dan India.
  2. Piramida Penduduk Stasioner
    Suatu wilayah memiliki angka kelahiran dan angka kematian yang sama-sama rendah (seimbang). Contohnya adalah negara-negara Eropa Barat.
  3. Piramida Penduduk Tua (Constructive)
    Suatu wilayah memiliki angka kelahiran yang menurun dengan cepat dan tingkat kematian yang rendah. Piramida ini juga dicirikan dengan jumlah kelompok umur muda lebih sedikit dibanding kelompok umur tua. Contohnya adalah negara-negara yang sudah maju, misalnya Amerika Serika

Memperluas Konsep Kesehatan Masyarakat



PENDAHULUAN


            Pada awalnya, kesehatan masyarakat dipandang sebagai sebuah disiplin ilmu yag mempelajari dan mengimplementasikan tindakan pengawasan terhadap penyakit menular, terutama dengan sanitasi dan vaksinasi. Revolusi sanitasi yang datang sebelum perkembangan bakteriologi modern, membuat kontribusi besar untuk memperbaiki dan meningkatkan kesehatan, namun perbaikan dan peningkatan terhadap nutrisi, pendidikan, dan perumahan pun tidak kalah penting. Kesehatan masyarakat telah berkembang sebagai bidang multidisiplin yang mencakup penggunaan dari ilmu dasar dan terapan, pendidikan, ilmu sosial, ekonomi, manajemen, dan kemampuan berkomunikasi untuk meningkatkan kesejahteraan individu dan masyarakat.
            Para praktisi kesehatan masyarakat lebih banyak terlibat dalam organisasi-organisasi daripada terlibat dalam pengasuhan secara langsung. Namun, profesional kesehatan manapun perlu pemahaman yang mendalam mengenai isu-isu yang terlibat dalam Kesehatan Masyarakat Baru dan bagaimana mereka berkembang. Hal ini dikarenakan pemahaman tersebut digunakan dalam organisasi-organisasi.
            Kesehatan Masyarakat Baru berhubungan pada atau mencakup seluruh kegiatan komunitas dan individu untuk mengurangi faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya beban penyakit, serta membina mereka yang berhubungan secara langsung untuk memperbaiki dan meningkatkan kesehatannya. Program-program yang dilakukan tersebut mulai dari imunisasi, peningkatan kesehatan, dan pengasuhan anak hingga perlabelan makanan dan fortifikasi makanan, serta pemberian pelayanan kesehatan yang telah dikelola dengan baik dan mudah diakses.
            Fungsi perencanaan, manajemen, dan monitoring sistem kesehatan sangat diperlukan di dalam dunia yang memiliki keterbatasan sumber-sumber maupun keterbatasan harapan yang besar. Karena itu, diperlukan sistem informasi yang dapat berkembang dengan baik untuk menyediakan umpan balik dan mengontrol data yang dibutuhkan untuk manajemen yang baik. Ini termasuk tanggungjawab dan koordinasi seluruh tingkat organisasi pemerintah maupun non-pemerintah (LSM), serta partisipasi dari media informasi yang baik serta organisasi profesional dan konsumen yang kuat. Selain itu, tanggungjawab individu terhadap kesehatannya dan tanggungjawab penyedia pelayanan kesehatan pun tak kalah pentingnya.

EVOLUSI KESEHATAN MASYARAKAT

            Banyak perubahan telah menandai kebutuhan terhadap transformasi menuju Kesehatan Masyarakat Baru. Seiring dengan pertumbuhan komunitas/ masyarakat perkotaan dan sistem ekonomi multinasional yang baru, kesehatan individu menjadi lebih dari sekedar masalah lokal.
            Pada saat revolusi agrikultur, yaitu pada abad ke-15 hingga abad ke-17, peningkatan pada persediaan makanan diikuti dengan  pengetahuan tentang nutrisi sebagai isu kesehatan masyarakat. Revolusi ilmiah ini memiliki makna untuk menggambarkan dan menganalisis penyebaran penyakit dan efek beracun dari revolusi industri, termasuk pemukiman yang padat dan polusi lingkungan. Pada pertengahan abad ke-20, revolusi hijau yang baru di bidang pertanian ini memiliki pengaruh yang besar dalam mengurangi kekurangan manusia secara internasional, namun tagihan ekologis belum dibayar.
            Pada setengah abad terakhir, penyakit kronis telah menjadi penyebab utama dari angka kesakitan dan angka kematian di negara-negara berkembang serta meningkat di negara-negara berkembang. Banyak aspek dari kesehatan masyarakat hanya dapat dipengaruhi oleh perilaku dan resiko terhadap kesehatan individu. Hal ini membutuhkan intervensi yang lebih kompleks dan berhubungan dengan gaya hidup pribadi, sama seperti faktor lingkungan, komunitas, dan masyarakat.
Penyakit kronis telah menjadi pusat perhatian dalam transisi epidemologis. Di waktu yang sama, revolusi berada dalam proses pembuatan ekonomi dan manajemen sistem kesehatan masyarakat untuk meningkatkan biaya dan kesadaran masyarakat secara keseluruhan dengan cepat terhadap hak-hak manusia untuk memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan dengan kualitas yang cukup baik. Ini telah mengantarkan para profesional dan institusi untuk menjadi terlibat dalam manajemen dan ekonomi sistem kesehatan.
Konsep-konsep seperti tujuan, sasaran, prioritas, efektivitas biaya, dan evaluasi telah menjadi bagian dari agenda Kesehatan Masyarakat Baru. Memahami bagaimana konsep-konsep tersebut berkembang dapat membantu penyedia atau manajer kesehatan di masa yang akan datang untuk mengatasi kompleksitas dalam percampuran ilmu, kemanusiaan, dan manajemen sumber-sumber yang efektif untuk mencapai standar yang lebih tinggi serta mengatasi isu-isu baru yang berkembang dalam ruang lingkup Kesehatan Masyarakat Baru yang luas untuk abad ke-21.

DEVELOPMENTAL SOCIAL WORK





            Pekerja sosial telah terlibat dalam pembangunan sosial selama bertahun-tahun, namun ide tersebut baru saat ini diterapkan dalam praktik pekerjaan sosial. Developmental Social Work ini merupakan pendekatan dan paradigma baru dalam pekerjaan sosial. Pendekatan ini menekankan pada bagaimana pekerja sosial terlibat dalam pembangunan dalam konteks makro. Dalam Developmental Social Work (SDW ), pekerja sosial menekankan paraktiknya pada kekuatan klien, pentingnya pemberdayaan, serta investasi sosial dalam praktik profesional, yang mana berarti di dalam Developmental Social Work (SDW) tidak ada hubungan yang terus menerus sebagaimana yang terjadi di panti. Investasi sosial yang dimiliki oleh klien ini memenuhi kebutuhan materi klien pekerjaan sosial, yaitu membantu klien untuk meningkatkan kapasitas mereka dan memfasilitasi partisipasi mereka di dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.
Developmental Social Work (SDW) memang seharusnya diterapkan dalam praktik pekerjaan sosial, karena pembangunan sosial tidak cukup hanya dengan mengandalkan upaya dari pemerintah. Pemerintah hingga saat ini belum dapat melakukan upaya pembangunan yang benar-benar sustainable, karena pemerintah cenderung memberi bantuan kepada masyarakat dlam bentuk charity, sehingga masyarakat masih banyak yang bergantung pada bantuan pemerintah dan mereka tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri melalui potensi-potensi dan sumber-sumber yang dimilikinya. Oleh karena itu, upaya pembangunan juga harus dilakukan oleh para pekerja sosial yang benar-benar memiliki tujuan untuk mewujudkan dan meningkatkan keberfungsian sosial masyarakat dan memfokuskan praktik dan intervensinya pada pencapaian tujuan kesejahteraan sosial.
Saat ini, yang dibutuhkan oleh masyarakat adalah perubahan sosial yang dapat meningkatkan taraf hidup mereka. Untuk menciptakan perubahan sosial tersebut, maka dibutuhkan upaya pembangunan. Pembangunan yang diupayakan harus dapat menghasilkan masyarakat dari yang tadinya tidak mampu memenuhi kebutuhannya sendiri, kemudian menjadi mampu untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dengan potensi dan sumber-sumber yang ada di sekitar mereka. Oleh karena itu, para pekerja sosial saat ini harus bekerja dalam pembangunan atau menerapkan pendekatan Developmental Social Work untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera, dan tidak hanya sekedar memberikan konseling, psikoterapi, dan bentuk intervensi lainnya yang tidak mengarah pada pembangunan secara makro (mencakup berbagai level intervensi, yaitu dari individu hingga internasional).
Contoh yang relevan dalam pendekatan Developmental Social Work adalah adanya tingkat pendidikan yang rendah di suatu wilayah terpencil. Masyarakat di sana banyak yang tidak bersekolah karena tidak ada sarana dan prasarana pendidikan. Pekerja sosial kemudian melakukan upaya pembangunan sosial di bidang pendidikan di daerah tersebut, sehingga akhirnya masyarakat di daerah tersebut dapat bersekolah, dengan seorang pakar profesional yang mengajarnya, dan tingkat pendidikan mereka pun meningkat. Sarana dan prasarana pendidikan yang telah dibangun tersebut digunakan secara berkelanjutan, dan tidak ada lagi hubungan yang terus menerus antara pekerja sosial dengan masyarakat di daerah tersebut.