- Suatu institusi atau bidang kegiatan yang melibatkan aktivitas terorganisir yang diselenggarakan baik oleh lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk mencegah, mengatasi atau memberikan kontribusi terhadap pemecahan masalah social, dan peningkatan kualitas hidup individu, kelompok dan masyarakat.
- Kesejahteraan sosial dapat diartikan sebagai pendekatan atau kegiatan yang terorganisir dalam bidang pembangunan sosial. Dalam konteks ini, kesejahteraan sosial biasanya merujuk pada arena atau field of practice tempat berkiprah berbagai profesi kemanusiaan, termasuk pekerja sosial, dokter, perawat, guru, psikolog, dan psikiater.
- Di negara-negara maju, kesejahteraan sosial sangat identik dengan jaminan sosial (social security), seperti public assistance dan social insurance, yang diselenggarakan negara terutama untuk kaum yang kurang beruntung (disadvantaged groups).
- Di Indonesia, kesejahteraan sosial sering dipandang sebagai tujuan atau kondisi kehidupan yang sejahtera, yakni terpenuhinya kebutuhan pokok manusia (Suharto, 2006a; 2006b).
- Kondisi sejahtera, yaitu keadaan terpenuhinya segala bentuk kebutuhan hidup, khususnya yang bersifat mendasar seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan dan perawatan social.
- Kesejahteraan sosial bisa dipandang sebagai ilmu atau disiplin akademis yang mempelajari kebijakan sosial, pekerjaan sosial, dan program-program pelayanan sosial. Seperti halnya sosiologi, psikologi, antropologi, ekonomi, politik, studi pembangunan, dan pekerjaan sosial, ilmu kesejahteraan sosial berupaya mengembangkan basis pengetahuannya untuk mengidentifikasi masalah sosial, penyebabnya dan strategi penanggulangannya.
- Pada masa awal perkembangannya, kesejahteraan sosial memiliki basis ilmu yang dikembangkan dari berbagi disiplin ilmu sosial lain, terutama filsafat, sosiologi, psikologi, antropologi, politik dan ekonomi. Belakangan ini, bidang studi kesejahteraan sosial telah sangat aktif menyelenggarakan berbagai proyek penelitian dan pengembangan keilmuannya yang semakin spesifik.
- Zastrow (2000: 7) menegaskan perkembangan ilmu kesejahteraan sosial ini dengan menyatakan: “This increased research and theory development activity is an indication that social welfare is a discipline that is maturing, as it is now developing much of its own knowledge base”.
- Sebagai arena atau domain utama tempat berkiprah pekerja social.
Minggu, 31 Agustus 2014
Konsep Kesejahteraan Sosial
Jenis-jenis Piramida Penduduk
Jenis-jenis
piramida penduduk dibedakan menjadi 3, yaitu piramida penduduk muda
(ekspansive), piramida penduduk stasioner, dan piramida penduduk tua
(konstruktif). #fnr-site
- Piramida Penduduk Muda
(Expansive)
Suatu wilayah yang memiliki angka kelahiran yang tinggi dan angka kematian yang rendah sehingga daerah ini mengalami pertumbuhan penduduk yang cepat. Piramida ini dicirikan sebagian besar penduduk masuk dalam kelompok umur muda.
Contohnya adalah negara-negara yang sedang berkembang, misalnya Indonesia, Malaysia, Filipina, dan India. - Piramida Penduduk Stasioner
Suatu wilayah memiliki angka kelahiran dan angka kematian yang sama-sama rendah (seimbang). Contohnya adalah negara-negara Eropa Barat. - Piramida Penduduk Tua
(Constructive)
Suatu wilayah memiliki angka kelahiran yang menurun dengan cepat dan tingkat kematian yang rendah. Piramida ini juga dicirikan dengan jumlah kelompok umur muda lebih sedikit dibanding kelompok umur tua. Contohnya adalah negara-negara yang sudah maju, misalnya Amerika Serika
Memperluas Konsep Kesehatan Masyarakat
PENDAHULUAN
Pada awalnya, kesehatan masyarakat
dipandang sebagai sebuah disiplin ilmu yag mempelajari dan mengimplementasikan
tindakan pengawasan terhadap penyakit menular, terutama dengan sanitasi dan
vaksinasi. Revolusi sanitasi yang datang sebelum perkembangan bakteriologi
modern, membuat kontribusi besar untuk memperbaiki dan meningkatkan kesehatan,
namun perbaikan dan peningkatan terhadap nutrisi, pendidikan, dan perumahan pun
tidak kalah penting. Kesehatan masyarakat telah berkembang sebagai bidang
multidisiplin yang mencakup penggunaan dari ilmu dasar dan terapan, pendidikan,
ilmu sosial, ekonomi, manajemen, dan kemampuan berkomunikasi untuk meningkatkan
kesejahteraan individu dan masyarakat.
Para praktisi kesehatan masyarakat
lebih banyak terlibat dalam organisasi-organisasi daripada terlibat dalam
pengasuhan secara langsung. Namun, profesional kesehatan manapun perlu
pemahaman yang mendalam mengenai isu-isu yang terlibat dalam Kesehatan
Masyarakat Baru dan bagaimana mereka berkembang. Hal ini dikarenakan pemahaman
tersebut digunakan dalam organisasi-organisasi.
Kesehatan Masyarakat Baru berhubungan
pada atau mencakup seluruh kegiatan komunitas dan individu untuk mengurangi
faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya beban penyakit, serta membina mereka
yang berhubungan secara langsung untuk memperbaiki dan meningkatkan
kesehatannya. Program-program yang dilakukan tersebut mulai dari imunisasi,
peningkatan kesehatan, dan pengasuhan anak hingga perlabelan makanan dan
fortifikasi makanan, serta pemberian pelayanan kesehatan yang telah dikelola dengan
baik dan mudah diakses.
Fungsi perencanaan, manajemen, dan
monitoring sistem kesehatan sangat diperlukan di dalam dunia yang memiliki
keterbatasan sumber-sumber maupun keterbatasan harapan yang besar. Karena itu,
diperlukan sistem informasi yang dapat berkembang dengan baik untuk menyediakan
umpan balik dan mengontrol data yang dibutuhkan untuk manajemen yang baik. Ini
termasuk tanggungjawab dan koordinasi seluruh tingkat organisasi pemerintah
maupun non-pemerintah (LSM), serta partisipasi dari media informasi yang baik
serta organisasi profesional dan konsumen yang kuat. Selain itu, tanggungjawab
individu terhadap kesehatannya dan tanggungjawab penyedia pelayanan kesehatan
pun tak kalah pentingnya.
EVOLUSI KESEHATAN MASYARAKAT
Banyak perubahan telah menandai
kebutuhan terhadap transformasi menuju Kesehatan Masyarakat Baru. Seiring
dengan pertumbuhan komunitas/ masyarakat perkotaan dan sistem ekonomi
multinasional yang baru, kesehatan individu menjadi lebih dari sekedar masalah
lokal.
Pada saat revolusi agrikultur, yaitu
pada abad ke-15 hingga abad ke-17, peningkatan pada persediaan makanan diikuti
dengan pengetahuan tentang nutrisi
sebagai isu kesehatan masyarakat. Revolusi ilmiah ini memiliki makna untuk
menggambarkan dan menganalisis penyebaran penyakit dan efek beracun dari
revolusi industri, termasuk pemukiman yang padat dan polusi lingkungan. Pada
pertengahan abad ke-20, revolusi hijau yang baru di bidang pertanian ini
memiliki pengaruh yang besar dalam mengurangi kekurangan manusia secara internasional,
namun tagihan ekologis belum dibayar.
Pada setengah abad terakhir,
penyakit kronis telah menjadi penyebab utama dari angka kesakitan dan angka
kematian di negara-negara berkembang serta meningkat di negara-negara
berkembang. Banyak aspek dari kesehatan masyarakat hanya dapat dipengaruhi oleh
perilaku dan resiko terhadap kesehatan individu. Hal ini membutuhkan intervensi
yang lebih kompleks dan berhubungan dengan gaya hidup pribadi, sama seperti
faktor lingkungan, komunitas, dan masyarakat.
Penyakit
kronis telah menjadi pusat perhatian dalam transisi epidemologis. Di waktu yang
sama, revolusi berada dalam proses pembuatan ekonomi dan manajemen sistem
kesehatan masyarakat untuk meningkatkan biaya dan kesadaran masyarakat secara
keseluruhan dengan cepat terhadap hak-hak manusia untuk memiliki akses terhadap
pelayanan kesehatan dengan kualitas yang cukup baik. Ini telah mengantarkan
para profesional dan institusi untuk menjadi terlibat dalam manajemen dan
ekonomi sistem kesehatan.
Konsep-konsep
seperti tujuan, sasaran, prioritas, efektivitas biaya, dan evaluasi telah
menjadi bagian dari agenda Kesehatan Masyarakat Baru. Memahami bagaimana
konsep-konsep tersebut berkembang dapat membantu penyedia atau manajer
kesehatan di masa yang akan datang untuk mengatasi kompleksitas dalam percampuran
ilmu, kemanusiaan, dan manajemen sumber-sumber yang efektif untuk mencapai
standar yang lebih tinggi serta mengatasi isu-isu baru yang berkembang dalam
ruang lingkup Kesehatan Masyarakat Baru yang luas untuk abad ke-21.
DEVELOPMENTAL SOCIAL WORK
Pekerja sosial telah terlibat dalam pembangunan sosial selama bertahun-tahun,
namun ide tersebut baru saat ini diterapkan dalam praktik pekerjaan sosial. Developmental Social Work ini merupakan
pendekatan dan paradigma baru dalam pekerjaan sosial. Pendekatan ini menekankan
pada bagaimana pekerja sosial terlibat dalam pembangunan dalam konteks makro. Dalam
Developmental Social Work (SDW ), pekerja sosial menekankan
paraktiknya pada kekuatan klien, pentingnya pemberdayaan, serta investasi
sosial dalam praktik profesional, yang mana berarti di dalam Developmental Social Work (SDW) tidak ada hubungan yang terus
menerus sebagaimana yang terjadi di panti. Investasi sosial yang dimiliki oleh
klien ini memenuhi kebutuhan materi klien pekerjaan sosial, yaitu membantu
klien untuk meningkatkan kapasitas mereka dan memfasilitasi partisipasi mereka
di dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.
Developmental Social Work (SDW) memang seharusnya
diterapkan dalam praktik pekerjaan sosial, karena pembangunan sosial tidak
cukup hanya dengan mengandalkan upaya dari pemerintah. Pemerintah hingga saat
ini belum dapat melakukan upaya pembangunan yang benar-benar sustainable, karena pemerintah cenderung
memberi bantuan kepada masyarakat dlam bentuk charity, sehingga masyarakat masih banyak yang bergantung pada
bantuan pemerintah dan mereka tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri melalui potensi-potensi dan sumber-sumber yang
dimilikinya. Oleh karena itu, upaya pembangunan juga harus dilakukan oleh para
pekerja sosial yang benar-benar memiliki tujuan untuk mewujudkan dan
meningkatkan keberfungsian sosial masyarakat dan memfokuskan praktik dan
intervensinya pada pencapaian tujuan kesejahteraan sosial.
Saat ini,
yang dibutuhkan oleh masyarakat adalah perubahan sosial yang dapat meningkatkan
taraf hidup mereka. Untuk menciptakan perubahan sosial tersebut, maka
dibutuhkan upaya pembangunan. Pembangunan yang diupayakan harus dapat
menghasilkan masyarakat dari yang tadinya tidak mampu memenuhi kebutuhannya
sendiri, kemudian menjadi mampu untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dengan
potensi dan sumber-sumber yang ada di sekitar mereka. Oleh karena itu, para
pekerja sosial saat ini harus bekerja dalam pembangunan atau menerapkan
pendekatan Developmental Social Work
untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera, dan tidak hanya sekedar memberikan
konseling, psikoterapi, dan bentuk intervensi lainnya yang tidak mengarah pada
pembangunan secara makro (mencakup berbagai level intervensi, yaitu dari
individu hingga internasional).
Contoh yang
relevan dalam pendekatan Developmental
Social Work adalah adanya tingkat pendidikan yang rendah di suatu wilayah
terpencil. Masyarakat di sana banyak yang tidak bersekolah karena tidak ada
sarana dan prasarana pendidikan. Pekerja sosial kemudian melakukan upaya
pembangunan sosial di bidang pendidikan di daerah tersebut, sehingga akhirnya masyarakat
di daerah tersebut dapat bersekolah, dengan seorang pakar profesional yang
mengajarnya, dan tingkat pendidikan mereka pun meningkat. Sarana dan prasarana
pendidikan yang telah dibangun tersebut digunakan secara berkelanjutan, dan
tidak ada lagi hubungan yang terus menerus antara pekerja sosial dengan
masyarakat di daerah tersebut.
Langganan:
Postingan (Atom)