Teori-teori
pembangunan dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu teori modernisasi,
tahap dependensi, teori sistem dunia. Pada tahap pertama, muncul teori
modernisasi. Teori ini muncul di Amerika Serikat yang mengaplikasikannya dalam
program Marshal Plan. Teori modern dibagi menjadi teori modern klasik dan teori
modern baru. Teori modern klasik memberikan pembenaran mengenai hubungan yang bertolak
belakang antara masyarakat tradisional dan modern. Teori ini menyoroti bahwa
negara dunia ketiga merupakan negara terbelakang dengan masyarakat
tradisionalnya. Sementara negara-negara Barat dilihat sebagai negara modern. Teori
ini memberikan saran bahwa negara-negara berkembang harus meninggalkan nilai-nilai
tradisionalnya agar dapat keluar dari berbagai permasalahan, seperti
kemiskinan. Teori ini juga menilai ideologi komunisme sebagai ancaman
pembangunan negara Dunia Ketiga. Satu hal yang menonjol dari teori modernisasi klasik
ini adalah, modernisasi lebih menekankan faktor internal sebagai akibat dari masalah
dalam masyarakat itu sendiri. Teori modern baru kemudian mengkritik seluruh
jawaban dari teori modernisasi klasik. Hal ini dikarenakan teori modernisasi
klasik terlalu berorientasi ke Barat, terlalu optimis, mensahkan dominasi Barat
di dunia ketiga, dan menolak tradisi. Teori modern baru ini berasumsi bahwa
tradisi dapat memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan ekonomi. Karena
pola pembangunan ini tidak memberi kepuasan, maka kemudian lahir teori
ketergantungan/dependensi, yang memiliki sisi pandang dari negara- negara dunia
ketiga yang berada dalam posisi tergantung terhadap negara-negara maju.
Teori
dependensi menitikberatkan pada persoalan keterbelakangan dan pembangunan
negara Dunia Ketiga. Teori ini mewakili suara negara-negara pinggiran untuk
menantang hegemoni ekonomi, politik, budaya, dan intelektual dari negara maju. Teori
ini menyatakan bahwa karena sentuhan modernisasi itulah negara-negara dunia
ketiga kemudian mengalami kemunduran (keterbelakangan). Secara ekstrim,
dikatakan bahwa kemajuan atau kemakmuran dari negara-negara maju pada
kenyataannya menyebabkan keterbelakangan dari negara-negara lainnya. Hal ini
dilihat dari kegagalan program dari Komisi Ekonomi PBB untuk Amerika Latin
(KEPBBAL) pada awal 1960-an. Program ini dimulai tahun 1950-an saat banyak
negara Amerika Latin menerapkan strategi pembangunan yang menitikberatkan pada
proses industrialisasi melalui program Industrialisasi Substitusi Import (ISI).
Strategi pembangunan tersebut diterapkan dengan harapan dapat meningkatkan
kesejahteraan rakyat dan pemerataan hasil pembangunan. Namun, yang muncul
kemudian adalah terjadinya stagnasi ekonomi yang ditandai dengan adanya masalah
pengangguran, inflasi, devaluasi, penurunan nilai perdagangan, dan lainnya.
Kondisi ini menimbulkan gerakan perlawanan dari rakyat dan tumbangnya
pemerintahan di beberapa negara. Secara filosofis, teori dependensi memiliki
kehendak untuk meninjau kembali pengertian dari pembangunan. Pembangunan tidak
tepat untuk diartikan sebagai sekedar proses industrialisasi, peningkatan output,
dan peningkatan produktivitas. Bagi teori dependensi, pembangunan lebih tepat
diartikan sebagai peningkatan standar hidup bagi setiap penduduk di negara
Dunia Ketiga. Dengan kata lain, pembangunan tidak sekedar pelaksanaan program
yang melayani kepentingan elit dan penduduk perkotaan, tetapi lebih merupakan
program yang dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk pedesaan,
para pencari kerja, dan kelas sosial lainnya yang membutuhkan bantuan.
Teori
terakhir adalah teori sistem dunia. Teori ini memiliki pandangan bahwa dunia
merupakan sebuah sistem yang sangat kuat yang mencakup seluruh negara di dunia,
yaitu sistem kapitalisme. Di dalam teori ini, adanya bentuk hubungan negara
dalam sistem dunia yang terbagi dalam tiga bentuk negara, yaitu negara sentral,
negara semi pinggiran, dan negara pinggiran. Ketiga bentuk negara tersebut
terlibat dalam hubungan yang harmonis secara ekonomis dan kesemuanya memiliki
tujuan untuk menuju pada bentuk negara sentral yang mapan secara ekonomi.
Perubahan status negara pinggiran menuju negara semi pinggiran ditentukan oleh
keberhasilan negara pinggiran dalam melaksanakan salah satu strategi
pembangunan, yaitu strategi menangkap dan memanfaatkan peluang, strategi
promosi dengan undangan, dan strategi berdiri di atas kaki sendiri. Sedangkan
upaya negara semi pinggiran menuju negara sentral bergantung pada kemampuan
negara semi pinggiran dalam melakukan perluasan pasar serta pengenalan
teknologi modern. Selain itu, juga memiliki kemampuan untuk bersaing di pasar
internasional melalui perang harga dan kualitas.
Sumber:
Suwarsono,
Alvyn Y. So. 2006. Perubahan Sosial dan Pembangunan. Jakarta: Pustaka
LP3ES.
Pembangunan secara umum diartikan
sebagai suatu usaha untuk memajukan, mensejahterakan, dan meningkatkan kualitas
hidup masyarakat. Pembangunan seringkali diarahkan pada pertumbuhan di bidang
ekonomi atau kemajuan material. Namun pada kenyataannya, pembangunan di bidang
ekonomi saja belum cukup untuk memajukan kualitas hidup masyarakat, karena
malah menimbulkan berbagai permasalahan seperti kemiskinan akibat kesenjangan
atau ketidakmerataan distribusi sumber, kerusakan lingkungan hidup akibat
eksploitasi sumber daya alam, dan lain-lain. Masyarakat harus mampu mengelola
sumber dayanya secara mandiri, sehingga pembangunan di bidang sosial pun perlu
dilaksanakan.
Dari
penjelasan masing-masing teori pembangunan tersebut, teori modernisasi tidak
cocok diterapkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan konsep pembangunan
masyarakat dengan teori modernisasi ini kurang mendasar pada masyarakat
Indonesia. Modernisasi identik dengan pertumbuhan ekonomi, dan melupakan budaya
yang membangun kehidupan masyarakat. Masyarakat menerima berbagai perubahan di
dalam kehidupannya sebagai akibat dari modernisasi, seperti gaya hidup,
fasilitas-fasilitas modern seperti mall, diskotik, cafe, dan lain sebagainya. Sementara
di tengah-tengah perubahan yang terjadi, masyarakat belum mampu untuk
meninggalkan bentuk-bentuk tradisi lamanya. Akibatnya, timbul ketimpangan
sosial dalam masyarakat tersebut.
Menurut
teori modernisasi, masyarakat Indonesia pada umumnya belum siap untuk melakukan
pembangunan secara menyeluruh. Proses pembangunan terhambat oleh nilai-nilai
budaya dan mentalitas masyarakat Indonesia, seperti nilai budaya yang tidak
mementingkan mutu atau prestasi, tidak mampu meninggalkan otoritas tradisinya, menganggap
hidup selaras dengan alam sehingga timbul konsep tentang nasib, tidak disiplin,
kurang bertanggungjawab, tidak berani menanggung resiko, dan lain-lain. Inilah
sebabnya negara Indonesia sebagai negara dunia ketiga mengalami
keterbelakangan. Di sini terlihat jelas bahwa teori modernisasi ini tidak
memberikan keuntungan bagi masyarakat Indonesia.
Teori
selanjutnya adalah teori dependensi atau ketergantungan. Jika dikaitkan dengan
teori ini, pembangunan di Indonesia bisa saja, yaitu dengan menggantungkan
pembiayaannya dari batuan luar negeri, dinama negara pemberi bantuan tersebut
dinamakan negara pusat, sebagai modal asing. Pemberian modal asing ini
merupakan sesuatu yang diharuskan bagi negara pusat untuk membantu kemajuan Indonesia.
Namun, dalam kenyataannya, pemberian bantuan tersebut tidak sejalan dengan
tujuan awal yang telah disepakati oleh negara-negara pusat. Pemberian modal
asing ini dijadikan sebagai jalan bagi negara-negara maju untuk memperoleh
keuntungan yang sebesar-besar dari negara yang mendapat bantuan, seperti Indonesia.
Dampak dari konsekuensi dari pemberian bantuan, berupa eksploitasi sumberdaya
alam dan pengambilan keuntungan lainnya dari proses pembangunan, menjadikan Indonesia
secara perlahan semakin terpuruk kedalam jurang kemiskinan, dikarenakan utang
yang membebani semakin banyak. Kekayaan
alam yang melimpah di tanah air Indonesia tidak dapat dimanfaatkan secara
maksimal, dikarenakan posisi lemah sebagai negara yang memiliki hutang pada
negara-negara maju. PT. Freeport di Papua, sebagai contoh, telah megeksploitasi
hampir seluruh sumberdaya mineral berharga yang terdeposit di Papua untuk
kepentingan negaranya. Ini contoh kerugian besar bagi bangsa Indonesia, akibat
dependensi terhadap bantuan luar negeri. Di sini terlihat jelas pula, bahwa
teori dependensi ini tidak menguntungkan Indonesia.
Teori
yang terakhir adalah teori sistem dunia. Dalam teori ini negara di dunia dibagi
atas tiga bentuk negara, yaitu: negara sentral, negara semi pinggiran dan
negara pinggiran. Teori ini mengasumsikan hubungan harmonis secara ekonomi yang
terjadi di antara negara-negara yang terlibat, yang memberikan kesempatan
kepada dua kelompok negara, yaitu semi pinggiran dan pinggiran untuk dapat
merubah statusnya menjadi negara sentral yang mapan secara ekonomi. Dalam
kajiannya Wahyu Ishardino S., [1], disampaikan bahwa perubahan status negara
pinggiran menuju semi pinggian ditentukan oleh keberhasilan negara-negara
tersebut melaksanakan strategi menangkap dan memanfaatkan peluang, dan strategi
lainnya dalam proses pembangunannya. Sementara itu, upaya yang harus dilakukan
oleh negara semi pinggiran untuk dapat menuju negara sentral, adalah memperluas
pasar dengan memperkenalkan teknologi modern, dan mampu mempersaingkan
produknya dari segi harga dan kualitas.
Indonesia
termasuk dalam kategori mana? Secara umum, Indonesia masih berada dalam
kategori negara pinggiran. Karena dari segi kegiatan produksi, hampir 90% bahan
bakunya bergantung pada import. Dengan demikian, kemampuan untuk berperang dari
segi harga dan kualitas dengan produk luar negeri masih sangat rendah.
Pertumbuhan jumlah dan jenis industri yang ada di Indonesia tidak sejalan
dengan pertumbuhan kesejahteraan nasional, namun yang terjadi malah
sebalilknya. Sektor industri yang tumbuh di Indonesia didominasi oleh
perusahaan asing yang mengoperasikan produksinya di Indonesia, dikarenakan
ketersediaan bahan dasar (raw materials) yang siap diolah menjadi bahan baku
oleh perusahaan mereka sendiri dan rendahnya upah tenga kerja lokal.
Indonesia
belum mampu secara mandiri mengolah sumberdaya alamnya menjadi produk antara
(intermediate products) dan bahkan produk barang jadi. Konsekuensinya, hampir
semua kegiatan produksi masih bergantung pada supply produk luar negeri.
Walaupun demikian, dengan teori sistem dunia, Indonesia masih punya harapan
untuk mendapatkan peluang lebih baik, yaitu mandiri di sektor bahan baku
industri dan tidak hanya bertindak sebagai pasar bagi bertubi-tubinya produk
asing datang ke dalam negeri ini. Dengan memperkuat kemampuan pengolahan
sumberdaya alam yang ada, melaksanakan regulasi yang kondusif bagi usaha dalam
negeri, maka peluang Indonesia dari yang berkategori negara pinggiran dapat
bangkit menjadi negara semi pinggiran bahkan menjadi negara sentral yang maju
dan berdaulat secara ekonomi.
Dari
ketiga teori yang telah dibahas diatas, teori sistem dunia merupakan harapan
Indonesia untuk memperoleh peluang mendapatkan posisi yang lebih baik untuk menuju
tingkat kesejahteraan yang lebih baik pula.
terima kasih
BalasHapusSama-sama de
HapusTerimakasih, sangat bermanfaat mba, singkat padat dan jelas. Silahkan juga kunjungi
BalasHapus1. Definisi Pembangunan Masyarakat Menurut Para Ahli Lengkap Dengan Sumber Rujukan
2. Definisi Pembangunan Fisik Dan Non Fisik Menurut Para Ahli Lengkap Dengan Sumber Data
3. Kumpulan materi pelajaran, tugas sekolah lengkap dengan jawaban dan materi perkuliahan (www.materibelajar.id)
Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia
BalasHapusSistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
Memiliki 8 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
Link Alternatif : arena-domino.net
100% Memuaskan ^-^
artikelnya sangat bermanfaat, jangan lupa kunjungi juga teori pembangunan menerut ekonom klasik dibawah yah
BalasHapus1. Teori Pembangunan Adam Smith
2. Teori Pembangunan David Ricardo
3. Teori Pembangunan Malthus
4. Teori Pembangunan John Stuart Mill
5. Teori Pembangunan Karl Marx